Software Anti Virus

Thursday, May 27, 2010

Penyakit Demam Berdarah

MAKALAH EPIDEMOLOGI
TEMA :MODEL PEMBERANTASAN PENYAKIT
JUDUL:PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DAN CARA PEMBERANTASANNYA


BAB 1
PENDAHULUAN

Penyakit Demam Berdarah banyak dikatakan sebagai risiko bagi negara berkembang maupun negara maju sekalipun. Selama 20 tahun terakhir, insiden wabah penyakit demam berdarah terus meningkat dan transmisi hiperendemik telah terjadi dan melintasi wilayah geografis yang luas. 

Di Indonesia sendiri, penyakit demam berdarah juga masih menjadi persoalan yang serius. Dapat dibayangkan, misalkan yang pernah terjadi pada tahun 2004, dalam waktu tiga bulan (januari-maret) saja telah terjadi total 26.015 kasus di seluruh Indonesia, dengan 389 korban meninggal. Tahun ini pun jumlahnya masih cukup tinggi.

Patut disayangkan, pendekatan pemberantasan sarang nyamuk sering tidak berhasil. Hal ini terutama karena strategi tersebut membutuhkan bangunan kesadaran yang kuat pada diri masyarakat untuk menjaga lingkungannya serta membangun kebiasaan yang memberi efek positif bagi kesehatannya.

Mengetahui persoalan ini, dan juga karena penyakit demam berdarah menjadi prioritas di Kabupaten Bantul, Bupati Bantul memiliki political will yang kuat untuk menghimpun partisipasi komunitas dalam pemberantasan sarang nyamuk. Setiap jumat dua minggu sekali, ia menggerakkan kepala-kepala dinas di wilayah kabupaten Bantul untuk berkeliling bersama terjun langsung ke masyarakat, bersama-sama dengan tim dari kecamatan dan dusun berkunjung dari rumah ke rumah memberi contoh dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara langsung. Selain melakukan PSN, mereka juga mensosialisasikan Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS), mencari adanya kehamilan risiko tinggi, dan melakukan sosialisasi isu lain, misalnya kebijakan kependudukan yang baru, dan lain-lain.

Seandainya strategi ini berhasil untuk membangun kesadaran masyarakat melakukan PSN, maka hal ini juga akan memberi cost effectiveness pada pembiayaan penanggulangan penyakit demam berdarah. Selama ini, penyakit demam berdarah menyabot biaya yang paling besar. Dapat dibayangkan, untuk sekali fogging (pengasapan) saja, biaya yang harus dikeluarkan adalah sebesar Rp5 juta. Maka apabila pada 2007 terdapat 578 kasus demam berdarah, dilakukan fogging sebanyak 578 kali. Selain itu, anggaan juga dikeluarkan untuk membayar orang yang mengawasi perkembangan jentik di setiap wilayah RT. Di Bantul, terdapat 2.465 RT yang menjadi prioritas utama pengawasan terhadap jentik. Pengawas jentik ini mendapat bayaran sebesar Rp20.000 per bulan, jumlah yang sebenarnya masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan jasa pengawasan yang dilakukannya.

Oleh karena itu, sangatlah penting untuk membangun partisipasi komunitas untuk melakukan 3M plus (menutup, menguras, menimbun plus memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat).

BAB II
PEMBAHASAN

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.

Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak Mantri ;-) seringkali salah dalam penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit lain seperti Flu dan Tipes (Typhoid).

Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue Masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
  1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).
  2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
  3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
  4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
  5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
  6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
  7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
  8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
  9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
  10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
- Proses Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue
Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi penduduk disekitarnya.

- Pengobatan Penyakit Demam Berdarah
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).

Penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Selanjutnya adalah pemberian obat-obatan terhadap keluhan yang timbul, misalnya :
  • Paracetamol membantu menurunkan demam
  • Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare
  • Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder
Lakukan kompress dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok. Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat dilakukan dengan alkohol. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.

- Pencegahan Penyakit Demam Berdarah
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah :
  1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat. perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
  2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
  3. Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion).
  4. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
Serangan penyakit DBD (demam berdarah dengue bisa muncul kapan saja sepanjang tahun dan bisa menyerang siapa saja mulai dari anak-anak hingga lanjut usia, orang yang sehat kuat hingga yang sedang sakit, orang yang tinggal di perumahan mewah sampai yang gelandangan semua bisa kena penyakit Demam Berdarah Dengue yang berbahaya dan mematikan.

Penyakit DBD berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Masyarakat yang kurang peduli kebersihan lingkungan dan ancaman penyakit berbahaya merupakan lokasi yang sangat baik sebagai endemik dbd. Deperlukan kesadaran dan peran aktif semua lapisan masyarakat untuk mengenyahkan demam berdarah dengue dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

Untuk memberantas nyamuk aedes aegypty yang menularkan demam berdarah dengue diperlukan 3M di wilayah lingkungan tempat tinggal yaitu 3M PLUS

DAFTAR PUSTAKA
http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-demam-berdarah-dengue-dbd.html
http://hajaddb.co.cc/gejala-dan-tanda-tanda-terserang-dbd-atau-demam-berdarah-dengue
http://organisasi.org/penyakit-demam-berdarah-dengue-dbd-pengertian-penyabab-gejala-dbd
READ MORE - Penyakit Demam Berdarah

Friday, May 21, 2010

GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
PADA WANITA DAN PRIA

Gangguan pada Sistem Reproduksi Pria
1. Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen dan testoteron. Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganan dapat dilakukan dengan terapi hormon.

2. Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi. Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian hormon human chorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron. Jika belum turun juga, dilakukan pembedahan.

3. Uretritis
Uretritis adalah peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan sering buang air kecil. Organisme yang paling sering menyebabkan uretritis adalah Chlamydia trachomatis, Ureplasma urealyticum atau virus herpes.

4. Prostatitis
Prostatitis adalah peradangan prostat. Penyebabnya dapat berupa bakteri, seperti Escherichia coli maupun bukan bakteri.

5. Orkitis
Orkitis adalah peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas. Orkitis atau radang testis paling sering sebagai komplikasi dari parotitis epidemika, karena virusnya dikeluarkan melalui kandung kemih. Dapat pula terjadi akibat infeksi asendens dari saluran genitalia. Gejala yang dirasakan meliputi; nyeri, bangkak, menggigil, dan demam yang dapat bilateral atau unilateral.
Keadaan ini dapat berakibat steril atau impotensi. Terapi terhadap inflamasi ini dengan istirahat ditempat tidur, kompres panas/hangat dan antibiotic (bila perlu).

6. Hipospadia
Hipospadia adalah salah satu kelainan bawaan pada anak laki-laki yang sering ditemukan dan mudah untuk mendiagnosanya. Pada kehamilan 7-8 minggu, embrio membentuk tuberkulum genitalis dan dua benjol genitalis. Pada laki-laki, tuberkulum genitalis berkembang menjadi penis, kedua benjol genitalis mennjadi lipatan uretra dan skrotum, yang kemudian menyatu. Penyatuan itu menutup uretra pada penis dan terbentuk skrotum. Kegagalan penutupan disebelah ventral berakibat terjadinya kelainan bawaan yang disebut hipospadia. Muara uretra terdapat disisi bawah penis. Keadaan ini sering bersamaan dengan tidak adanya desensus testikulorum. Terapi dilakukan dengan pembedahan (menutup). Anak laki-laki lain kalau buang air kecil berdiri, sedangkan anak pengidap hipospadia harus jongkok seperti anak perempuan (karena lubang keluar kencingnya berada di sebelah bagian bawah penis atau di tengah penis, atau di batang kemaluan dan sebagainya). Harus dilakukan operasi, karena bila dibiarkan, setelah dewasa dia akan kesulitan untuk membahagiakan pasangan hidupnya, sebab penisnya memiliki chordae sehingga menyebabkan bengkok dan dari hari ke hari tidak memiliki perkembangan seperti lelaki normal pada umumnya. 

Gejalanya adalah:
- Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah atau di dasar penis.
- Penis melengkung ke bawah.
- Penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit depan penis.
- Jika berkemih, anak harus duduk.

7. Epispadia
Epispadia adalah suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki, dimana lubang uretra terdapat di bagian punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung, tetapi terbuka.
Terdapat 3 jenis epispadia:
• Lubang uretra terdapat di puncak kepala penis
• Seluruh uretra terbuka di sepanjang penis
• Seluruh uretra terbuka dan lubang kandung kemih terdapat pada dinding perut. 

Gejalanya adalah:
- Lubang uretra terdapat di punggung penis.
- Lubang uretra terdapat di sepanjang punggung penis.

8. Fimosis (phimosis)
Merupakan kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis (kulup, prepuce, preputium, foreskin,) . Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian dalam preputium melekat pada glans penis. Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka.Fimosis (phimosis) bisa merupakan kelainan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun didapat,

9. Parafimosis (paraphimosis)
Merupakan kebalikan dari fimosis dimana kulit preputium setelah ditarik ke belakang batang penis tidak dapat dikembalikan ke posisi semula (ke depan batang penis) sehingga penis menjadi terjepit.Fimosis dan parafimosis yang didiagnosis secara klinis ini, dapat terjadi pada penis yang belum disunat (disirkumsisi, circumcision) atau telah dikhitan namun hasilnya kurang baik. Fimosis dan parafimosis dapat terjadi pada laki-laki semua usia, namun kejadiannya tersering pada masa bayi dan remaja.

10. Fimosis kongenital (kelainan bawaan, true phimosis)
Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan, terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis bagian dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glans penis. Hanya sekitar 4% bayi yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.

11. Balantis (Radang Glans Penis)
Keadaan ini terutama terdapat pada laki-laki yang tidak sunat, yang kurang bersih atau yeng terkena penyakit kelamin. Gejala klinis yang tampak berupa merah, bengkak, nyeri, ada nanah di uretra. Terapi terhadap inflamasi dengan antibiotic yang tepat dan sirkumsisi.

12. Hidrokel
Keadaan terkumpulnya cairan didalam tunika vaginalis, yang membungkus testes dan epididimis. Seringkali timbul tanpa penyebab yang nyata, tetapi dapat timbul setelah epididimis, orkitis, cidera, atau neoplasma. Terapi dilakukan dengan aspirasi dan insisi.

13. Varikokel
Pelebaran abnormal dari pleksus vena testes, umumnya yang kiri lebih sering. Kalau yang kanan harus dicurigai dengan tumor. Aibat yang dikuatirkan adalah keadaan subfertil, karena suhu setempat lebih tinggi dari biasanya. umumnya tanpa gejala, bila perlu dilakukan pembedahan.

14. Epidedimitis
Epididimitis adalah radang epididimis. Penyebabnya adalah penyebaran infeksi dari urine, uretra, prostate, vasikula seminalis, yang akut mungkin karena gonoroe. Dapat berupa komplikasi dari prostatektomi. Gejala yang dirasakan meliputi nyeri, menggigil, demam, lemah, dan pembengkakan skrotum. Bila terjadi nekrosis dan fibrosis, dapat menutup saluran genital dan mengakibatkan steril. Terapi dilakukan dengan istirahat total, antibiotic, dan kompres panas/dingin.

Gangguan pada Sistem Reproduksi Wanita
1. Gangguan menstruasi :
Gangguan menstruasi pada wanita dibedakan menjadi dua jenis, yaitu amenore primer dan amenore sekunder. Amenore primer adalah tidak terjadinya menstruasi sampai usia 17 tahun dengan atau tanpa perkembangan seksual. Amenore sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 – 6 bulan atau lebih pada orang yang tengah mengalami siklus menstrusi.

2. Kanker genitalia :
Kanker genitalia pada wanita dapat terjadi pada vagina, serviks dan ovarium.

3. Kanker vagina :
Kanker vagina tidak diketahui penyebabnya tetapi kemungkinan terjadi karena iritasi yang diantaranya disebabkan oleh virus. Pengobatannya antara lain dengan kemoterapi dan bedah laser.

4. Kanker serviks:
Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di seluruh lapisan epitel serviks. Penanganannya dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk, ovarium, sepertiga bagian atas vagina dan kelenjar limfe panggul.

5. Kanker ovarium:
Kanker ovarium memiliki gejala yang tidak jelas. Dapat berupa rasa berat pada panggul, perubahan fungsi saluran pencernaan atau mengalami pendarahan vagina abnormal. Penanganan dapat dilakukan dengan pembedahan dan kemoterapi.

1. Endometriosis
Endometriosis adalah keadaan dimana jaringan endometrium terdapat di luar uterus, yaitu dapat tumbuh di sekitar ovarium, oviduk atau jauh di luar uterus, misalnya di paru-paru. Gejala endometriosis berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit dan nyeri pada masa menstruasi. Jika tidak ditangani, endometriosis dapat menyebabkan sulit terjadi kehamilan. Penanganannya dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan, laparoskopi atau bedah laser. Infeksi vagina.
Gejala awal infeksi vagina berupa keputihan dan timbul gatal-gatal. Infeksi vagina menyerang wanita usia produktif. Penyebabnya antara lain akibat hubungan kelamin, terutama bila suami terkena infeksi, jamur atau bakteri

2. Dismenoria
Dismenorea merupakan rasa sakit akibat menstruasi yang sangat menyiksa karena nyerinya luar biasa menyakitkan. Jika terjadi pada wanita bekerja, tentu saja hal tersebut akan sangat mengganggu aktivitas dan produktivitasnya. Dismenorea terbagi menjadi dua, yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder.
Dismenorea primer terjadi dua hari sebelum menstruasi tiba dan biasanya hilang setelah memasuki masa menstruasi. Sekitar 10% penderita dismenorea primertidakdapatmengikuti kegiatan sehari-hari. Dismenorea sekunder hampir mirip dengan dismenorea primer, tetapi akibatnya lebih parah dan biasanya lebih lama daripada dismenorea primer.

Tanda-Tanda
1. Kram perut bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki.
2. Biasanya disertai gejala gastrointestinal dan gejala neurologis, seperti emosi yang labil.

Penyebab
  1. Adanya hiperaktivitas dari uterus, endotelin, prostaglandin, vasopressin, dan kerusakan saraf perifer.
  2. Memiliki penyakit radang panggul, pemasangan IUD, tumor pada tuba fallopii, usus, atau vesika urinaria, polip uteri, dan inflammatory bowel desease.
  3. Bekas luka karena pernah melakukan operasi pada organ reproduksi sebelumnya.
Pencegahan
  1. Dismenorea mungkin sulit untuk dicegah, tetapi untuk gejala yang sangat parah dapat dikurangi dengan cara meminum obat pereda rasa sakit.
  2. Beristirahat, menarik napas panjang, menenangkan diri, berolahraga ringan, mengonsumsi sayur, dan buah-buahan.
  3. Mengompres bagian yang terasa sakit dengan air panas.
  4. Mengonsumsi jamu kunyit asem, terutama menjelang haid.
  5. Adapun obat herbal untuk mengurangi gejala dismenorea menurut Hembing dalam buku yang ditulisnya adalah 30 gram temu lawak (diiris-iris) +15 gram bunga mawar merah +15 gram daun dewa +10 gram umbi teki kering, semua dicuci bersih dan direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, disaring, airnya diminum 2 kali sehari.
3. Sindrom Premenstrual
Sindrom premenstrual adalah istilah untuk menyatakan ketidaknyamanan yang dirasakan sebelum menstruasi. Gejala bervariasi, seperti sakit kepala, payudara nyeri ditekan, perut terasa penuh, kembung, endema, berat badan meningkat, sakit pinggang, mudah tersinggung (ingin menangis), depresi, sukar tidur, gelisah. Gejala-gejala ini paling nyata 7-10 hari sebelum haid, menghilang sewaktu haid. Penyebabnya belum jelas namun diduga berhubungan dengan kadar estrogen dan progesteron darah.
Terapi diberikan sesai gejala, paling sering menggunakan diuretika, mengurangi garam, obat penenang atau obat tidur.

GANGGUAN REPRODUKSI YANG DIALAMI PRIA DAN WANITA
1) GONORE
Epidemiologi,
disebabkan oleh gangguan Neisseira gonorrhea. Menyerang laki-laki dan perempuan semua usia. Pasien yang tidak diobati bisa menulari orang lain. Terinfeksi dengan klamida pada saat yang bersamaan juga bukanlah hal yang jannggal.

Gejala dan tanda,
gejala pada laki-laki keluarnya cairan kental dari saluran kencing 2-7 hari setelah terinfeksi, biasanya akan merasa sakit saat kencing. Bila melakukan seks anal,mungkin juga akan keluar cairan yang sama dari dubur.
Pada perempuan, adanya perasaan tidak enak saat kencing, keluarnya sedikit cairan dan sedikit gangguan pada vagina. Infeksi yang kronis umum terjadi dan dapat menyebabkan kemandulan.

Pada bayi yang baru lahir matanya merah dan bengkak. Dalam waktu 1-5 hari setelah kelahiran, mata itu akan mengeluarkan cairan yang kental. Dapat menyebabkan kebutaan kalau tidak segera diobati
Diagnosis adalah dengan pemeiksaan mikroskopik gram-strain dari smear yang diambil dari cairan itu/ pembiakan.

2) KLAMIDA
Epidemiologi
Antara 35-50 persen dari kasus penyakit kelamin non-gonore diperkirakan disebabkan oleh chlamida trachomatis, peda perempuan,penyakit ini bisa menyebabkan radang leher rahim mucopurulent.dapat menyebabkan kemandulan, penularan terjadi lewat senggama, bisa menyerang laki-laki maupun perempuan.

Gejala dan tanda
Sama seperti gonore perbedaanya adalah banyak perempuan yang terinfeksi tidak menunjukan gejala apapun, infeksi mata mungkin menyerang bayi yang dilahirkan perempuan yang terinfeksi.
Diagnosis biasanya didasari oleh tidak adanya kuman penyebab gonore pada smear/pembiakan cairan dari leher rahim/dari uretra (lubang kencing). Hal ini dapat dipastikan dengan mengetes cairan smear untuk melihat adanya antigen klamida.

3) CANCROID
Epidemiologi
Nama lain ulkus mole, disebabkan oleh haemophilus ducreyi,sebuah bakteri. Sangat lazim terjadi didaerah tropis dan sub-tropis di dunia. Lebih sering terjadi pada laki-laki. Luka cankroid sangat menular.
Gejala dan tanda

Ditandai dengan luka bernanah atau memborok yang akut dan sakit dibagian kelamin,biasanya satu dan diameternya berukuran kurang dari 1 cm.luka itu biasanya muncul 3-5 hari setelah tertular, dan ditandai gengan adanya pembengkakan yang sakit dari kelenjar setempat. Diagnosis bisa dipastikan malalui pembiakan cairan dari luka.

HERPES GENITALIS
Epidemiologi
Biasanya disebabkan oleh virus herpes simplek tipe 2 (HSV-2) melahirkan lewat vagina pada perempuan hamil dengan infeksi aktif di kemaluan (terutama yang primer),memiliki resiko yang tinggi menyebabkan infeksi pada anak yang baru dilahirkan tersebut.

Gejala dan tanda
Herpes akan kelihatan 2-30 hari setelah bersenggama. Gejala yang paling umum adalah bintil-bintil kecil berisi cairan yang terasa sakit, dialat kelamin/dubur atau mulut. Bintil-bintil akan timbul selama 1-3 minggu, dan kemudian hilang, sebelum bintil-bintil keluar alat kelamin akan terasa gatal atau panas, pada saat itu orang yang terkena akan mengalami gejala flu, walaupun infeksi herpea pada kemaluan tidak bisa diobati, perkembangan klinisnya dapat dikurangi dengan pengobatan, penanganan stress dan gizi juga telah dibuktikan sebagai hal yang penting dalam usaha mengurangi dampak herpes dikemaluan,dan kemungkinannya muncul kembali.

4) KUTIL KELAMIN
Epidemiologi
Kutl-kutil ini ditemukan didaerah kemaluan /disekitar dubur.infeksi ini bisa dihubungkan dengan meningkatnya resiko infeksi HIV . penyakit ini disebabkan oleh virus papilloma pada manusia.

5) GRONULOMA INGUINALE
Epidemiologi
Infeksi ini biasanya jarang terjadi di Negara-negara industry, tetapi menjadi endemic di banyak Negara tropis dan sub-tropis (terutama di India bagian selatan, Papua Nugini, Afrika Tengah, Timur dan Selatan, Negara-negara Karibia, Amerika Selatan, dan Australia Tengah dan Utara). Mungkin disebabkan oleh Donovania granulomatis.

Gejala dan tanda
Sebuah luka kecil di kulit di bagian kemaluan akan menyebar, lama kelamaan membentuk sebuah massa granumolatus ( benjolan-benjolan kesil) yang bisa menyebabkan kerusakan berat pada organ-organ kemluan. Diagnosis laboraturium biasanya dilakukan dengan mengidentifikasi adanya “ bakteri Donovan” didalam smear yang menjalani pemeriksaan mikroskopik Giemsa stain. Infeksi ini biasanya sangat kebal terhadap pengobatan.
READ MORE - GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

Thursday, May 20, 2010

Perkembangan Perangkat Lunak

Dalam beberapa dekade ini telah terjadi pergeseran dalam masyarakat, dari era pertanian menjadi era industri dan era informasi. Pada era pertanian, manusia harus berjuang dan tergantung kepada alam. Pada era industri, manusia berusaha mengalahkan alam dan mendapatkan efesiensi sehingga lahirlah mesin-mesin dan kemajuan yang terfokus pada otomatisasi. Era informasi membawa angin yang baru : barang yang justru tidak terwujud, sehingga yang namanya informasi menjadi barang yang paling berharga. Kemajuan di bidang informasi melaju, mendukung adanya globalisasi. Informasi dengan cepat berkembang dan bermakna serta berharga disebarkan ke segala penjuru seolah "tanpa batas".

Perkembangan teknologi perangkat lunak yang tadinya hanya difokuskan untuk memenuhi kebutuhan fungsional. Berkembang menjadi perangkat lunak yang selain fungsional juga mudah dan nyaman dipakai (friendly). Akibatnya, pengguna perangkat lunak semakin banyak dan ukuran komplektisitas perangkat lunak juga bertambah. Perangkat lunak yang semakin mudah untuk digunakan pemakai, sebenarnya makin sulit dikembangkan. Perangkat lunak yang hanya dituntut berfungsi secara fungsional dalam skala kecil cukup dikembangkan oleh pemrogram sekaligus pemakainya. Perangkat lunak yang besar dan kompleks harus dikembangkan oleh suatu tim dengan berbagai keahlian serta metodelogi tertentu.

Di Indonesia, beberapa kalangan membedakan antara ilmu murni dan ilmu terapan, sehingga ada program studi ilmu murni dan ilmu terapan.

Saat ini dibeberapa perguruan tinggi swasta memasukkan program ilmu informatika ke dalam jurursan teknik informatika yang ada dibawah fakultas teknologi industri.

Yang menarik adalah bahwa Informatika dapat ditinjau sebagai ilmu murni dan juga sekaligus ilmu terapan. Memang di Indonesia satu kurikulum yang sama untuk program studi ilmu komputer dan program studi Informatika.

Ilmu Informatika merupakan ilmu murni dan juga ilmu terapan, karena merupakan irisan dari banyak aspek :
  1. Logika karena struktur komputer dan pemrograman berdasarkan rangkaian logika.
  2. Matematika diskrit, karena komputer mampu menyelesaikan persoalan kombinatorik secara cepat.
  3. Elektronika, mikro elektronika dan arsitektur komputer, karena komputer diwujudkan sebagai rangkaian elektronika atau gabungan dari chips.
  4. Metodelogi Pemrograman, karena yang paling mendasar dalam suatu sistem komputer adalah program, mulai dari program skala kecil sampai dengan skala besar.
  5. Engineering (khususnya SW Engineering) karena perangkat lunak, yang berangkat dari ilmu coba-coba makin mencari bentuk menjadi engineering.
  6. Komunikasi dan telekomunikasi bahkan telematika, karena akhirnya komputer hanyalah suatu titik dalam graph jaringan komputer.
  7. Aspek kognitif dan komunikasi manusia, karena penggunaanya tetap manusia dan perangkat keras maupun perangkat lunak dibuat nyaman untuk dipakai oleh manusia (aspek multimedia, human computer interaction).
Saat ini, spesialisasi yang ada dalam bidang Informatika, meliputi Informatika teoritis, Informatika dasar (pemrograman), Sistem (Sistem Operasi, kompilator dan perangkat lunak sistem yang lain), Sistem Informasi (SIM, DSS, EIS), Jaringan Komputer, Basis Data, Intelejensi Buatan, Robotika, Grafik dan citra, Perhitungan Numerik.

Sumber Daya Manusia Di Bidang Inofrmatika

Sumber Daya Manusia adalah aset yang paling penting dalam suatu perusahaan. Pembangunan negara dan kemajuan IpTek tidak ada gunanya jika tanpa diikuti dengan pembangunan SDM. Apa yang disebut dengan pembangunan SDM ? tidak lain adalah penguasaan IpTek itu sendiri. Tanpa SDM yang dibangun, maka manusia akan dikuasai oleh IpTek atau manusia lain, yang menguasai IpTek, dan bukannya manusia menguasai IpTek serta menggunakannya dengan sebaik-baiknya.
Informatika adalah salah satu bentuk IpTek. Indonesia saat ini sedang membangun dan kemajuan IpTek dari negara lain juga sedang mempengarhui secara deras perkembangan IpTek di Indonesia. Lalu, apakah Indonesai sudah mulai melakukan pembangunan terhadap SDM-nya ? apakah manusia Indonesia ingin menguasai atau dikuasai IpTek ? hal ini harus kita pikirkan bersama. Yang pasti semua manusia inginnya dapat menguasai IpTek untuk dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Jika kita membahas mengenai perkembangan dalam bidang Informatika beserta teknologinya dalam era informasi saat ini, maka kita juga harus mulai berpikir tentang pembangunan SDM Informatika yang professional dibidangnya. Apa yang dimaksud dengan professional ?

Profession menurut kamus Oxford adalah : paid occuption, especially one that required education and trainning. Sedangkan professional : person qualified or employed in one of the profession.
Jadi, profesi adalah sesuatu yang kita lakukan berdasarkan keahlian dan dari situ kita hidup/mencari nafkah. Hobby adalah sesuatu yang kita lakukan untuk mengisi waktu senggang, dan tujuannya adalah untuk kesenangan. Seseoang yang profesional di bidangnya akan melakukan pekerjaan itu sendiri dengan kepakarannya.

Profesi Informatika sangat khas, menuntut logika tinggi, dan juga etika tinggi (karena jenjang/tingkatan. Dengan catatan, menurut saya, pengguna komputer pada profesi yang "lain" seperti sekretaris, pegawai administrasi, bahkan seorang insinyur sipil yang menggunakan program komputer tidak dapat disebut berprofesi di bidang Informatika.

Berdasarkan hasil pertemuan jurusan teknik informatika dengan pihak industri sebagai pemakai tenaga lulusan Informatika manapun, serta hasil survey yang dilakukan oleh beberapa kelompok, maka diperoleh informasi tentang kebutuhan SDM oleh industri.

Pihak industri yang menjadi bahasan adalah industri yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan Rekayasa Perangkat Lunak, yang dapat dikelompokkan atas jenis sebagai berikut :
1. Industri jasa, yang produk utamanya bersifat "soft" dalam hal ini dibedakan menjadi industri jasa sebagai berikut :
  • SW developer, menyediakan jasa berupa pengembangan perangkat lunak. Biasanya ini menyangkut perusahaan yang mengembangkan perangkat lunak mulai dari scracth (sesuai pesanan) atau yang menyediakan jasa pengubahan perangkat lunak tertentu supaya dapat dipakai sesuai dengan kebutuhan (tailoring, customization). Industri ini membutuhkan SDM yang berlatar belakang informatika.
  • Industri jasa yang memanfaatkan perangkat lunak. Contohnya adalah PT.Telkom yang produknya berupa jasa telekomunikasi berbantuan komputer (perangkat lunak menjadi bagian dari jasa tersebut).
2. Industri manufaktur, yaitu yang lebih menyangkut "hardware"
  • Industri hardware yang memproduksi perangkat keras komputer dan periperalnya. Industri ini harus didukung oleh SDM di bidang perangkat keras dan elektronika. Contoh nyata dari industri ini adalah produktor dan perakit komputer. Contoh lain adalah PT.Inti, industri manufaktur yang produknya berupa peralatan telekomunikasi (mencakup perangkat keras dan perangkat lunak)
  • Industri pemroduksi "barang" yang dalam proses produksinya membutuhkan perangkat lunak. Contoh : industri manufaktur yang memakai robot atau perangkat lunak untuk optimasi penjadwalan produksi.
Sumber daya Manusia yang bekerja dalam dunia industri saat ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :
  1. Latar belakang pendidikan non-Informatika/Komputer
  2. Jenjang Pendidikan Sarjana ke bawah
  3. Belum ada pengelompokan untuk : ketrampilan, keahlian dan spesialisasi yang terdefinisi dengan jelas.
  4. Untuk tingkatan tertentu, dituntut untuk dapat mengetahui strategi bisnis, agar inovatif dalam menciptakan produk-produk baru
Sedangkan pihak Industri menghendaki agar Sumber Daya Manusia yang dihasilkan oleh Perguruan Tinggi khsusnya dalam bidang Rekayasa Perangkat Lunak - mempunyai karakteristik sebagai berikut :
  1. Perlu mengetahui Standar Proses Produksi, berikut pemantauan dan pemeliharaan proses produksi, dan
  2. Dalam menganalisis kebutuhan user (semua perangkat lunak dikembangkan berdasarkan kebutuhan user), diperlukan suatu pengetahuan dan keahlian khsusus, karena tingkatan user di Indonesia yang umumnya masih awam dengan proses Rekayasa Perangkat Lunak menyebabkan sulit diajak berkomunikasi tentang kebutuhan yang perlu didukung oleh komputer.
Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat disimpulkan juga bahwa sudah saatnya dilakukan Sertifikasi Sumber daya Manusia dalam bidang Rekayasa perangkat Lunak - sesuai dengan standar Internasional yang berlaku. Untuk itu, dalam rangka mendukung kebutuhan sertifikasi Sumber Daya Manusia di Indonesia, disusun suatu usulan tingkatan keahlian Sumber Daya Manusia Informatika dalam bidang Rekayasa Perangkat Lunak sebagai berikut :
  1. Programmer
  2. Programmer Analyst
  3. Software Tester
  4. Data Base Engineer
  5. Data Communication Engineer
  6. Network Engineer
  7. Software Configuration Manager
  8. System Analyst
  9. Software Engineer
  10. System Engineer
  11. Software Project Manager
  12. Software Quality Assurance
Tingkatan keahlian tersebut disusun mulai dari tingkatan paling rendah hingga paling tinggi. Karena masih berupa usulan, maka tingkatan tersebut masih mengukun ditambah atau dikurangi tergantung kebutuhan baru yang muncul.
READ MORE - Perkembangan Perangkat Lunak

Monday, May 17, 2010

PENILAIAN STATUS GIZI

A. METODE PENILAIAN STATUS GIZI
1. ISTILAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan status gizi, yaitu:
– Gizi ( Nutrition )
Gizi adalah suatu. proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digest, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan uatuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
– Keadaan gizi
Keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan menggunakan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam selluler tubuh.
– Status gizi ( Nutrition Status )
Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh : Gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
– Malnutrition (Gizi salah, Malnutrisi)
Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative maupun absolut satu atau lebih zat gizi.
Ada 4 bentuk malnutrisi:
  1. Under Nutrition : kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut untuk periode tertentu
  2. Spesjfic_Desienecy: kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dll
  3. Over Nutrition: kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu
  4. Imbalance : karena disproporsi zat gizi, misalnya : kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL ( Low Density Lipoprotein ), HDL ( High Density Lipoprotein ) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein )
2. PENILAIAN STATUS GIZI SECARA LANGSUNG
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 yaitu:
a. Antropometri
Antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitet ( superficial epithelial tissues ) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid
c. Biokimia
Adalah pemeriksaan spesimen yang di uji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja danjuga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
d. Biofisik
Adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
3. PENILAIAN STATUS GIZI SECARA TIDAK LANGSUNG
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Survei konsumsi makanan
Adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi
b. Statistik vital
Menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertetitu dan data lainnya yang bertiubungan dengan gizi
c. Faktor ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari kedaan ekologi seperti iklim, taaah, irigasi, dll
4. FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN
Dalam Memilih Metode Penilaian Status Gizi
Dalam menentukan diagnosis suatu penyakit perlu digunakan beberapa jenis metode. Penggunaan satu metode akan memberikan gambaran yang kurang komprehensif tentang suatu keadaan. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan menggunakan metode adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
Tujuan perlu diperhatikan dalam memilih metode, seperti tujuan ingin melihat fisik seseorang, maka metode yang digunakan adalah antropometri.

2. Unit sampel yang akan di ukur
Berbagai jenis unit sampel yang akan diukur sangat mempengaruhi penggunaan metode penilaian status gizi. Jenis unit sampel yang akan diukur meliputi individual, rumah tangga/keluarga dan kelompok rawan gizi. Apabila unit sampel yang akan di ukur adalah kelompok / masyarakat yang rawan gizi secara keseluruhan maka menggunakan metode antropometri, karena metode ini murah dan dari segi ilmiah bisa dipertanggungjawabkan.
3. Jenis Informasi yang dibutuhkan
Pemilihan metode penilaian status gizi sangat tergantung pula dari jenis informasi yang diberikan. Jenis informasi antara lain : asupan makanan, berat dan tinggi badan, tingkat hemoglobin dan situasi sosial ekonomi. Apabila menginginkan informasi tentang asupan makanan, maka metode yang digunakan adalah survei konsumsi. Jika ingin mengetahui tingkat hemoglobin maka metode yang digunakan adalah biokimia. Membutuhkan informasi tentang keadaan fisik (berat badan & tinggi badan) maka metodenya adalah antropometri. Dan apabila membutuhkan informasi tentang situasi sosial ekonomi, metode yang digunakan adalah pengukuran faktor ekologi
4. Tingkat reliabilitas dan akurasi yang dibutuhkan
Tiap metode penilaian gizi mempunyai tingkat reliabilitas dan akurasi yang berbeda-beda. Contoh penggunaan metode klinis dalam menilai tingkatan pembesaran kelenjar gondok adalah sangat subyektif sekali. Penilaian ini membutuhkan tenaga medis dan paramedis yang terlatih dan mempunyai pengalaman yang cukup dibidangnya. Berbeda dengan penilaian secara biokimia yang mempunyai reliabilitas dan akurasi yang sangat tinggi. Oleh karena itu jika ada biaya, tenaga dan sarana yang mendukung, maka penilaian status gizi dengan biokimia sangat dianjurkan.
5. Tersedianya fasilitas dan peralatan
Berbagai jenis fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi. Fasilitas tersebut ada yang mudah didapat ada yang sulit diperoleh. Umumnya fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi secara antropometri relatif mudah didapat dibanding dengan peralatan penentuan status gizi dengan biokimia.
6. Tenaga
Ketersediaan tenaga baik jumlah, maupun mutu sangat mempengaruhi penggunaan metode penentuan status gizi. Jenis tenaga yang digunakan antara lain ; dokter, ahli kimia dan tenaga lain. Penilaian status gizi secara biokimia perlu tenaga ahli kimia/analis kimia karena menyangkut berbagai jenis bahan kimia yang harus dikuasai. Jika menggunakan cara antropometri tidak perlu tenaga ahli, tetapi tenaga tersebut cukup dilatih sebelum menjalankan tugasnya. Kader gizi di posyandu adalah tenaga gizi yang tidak ahli tetapi dapat melaksanakan tugas dengan baik, walaupun disana sini masih terdapat kekurangannya. Tugas utama kader gizi adalah melakukan pengukuran antropometri seperti mengukur tinngi badan, berat badan dan umur anak. Setelah mendapat data mereka dapat memasukkan pada KMS dan langsung dapat menginterpretasikan data tersebut.
Penilaian status gizi secara klinis membutuhkan tenaga medis ( dokter) karena salah satu tugasnya adalah menginterpretasikan tanda-tanda klinis.
7. Waktu
Ketersediaan waktu dalam pengukuran status gizi mempengaruhi metode yang akan digunakan. Waktu yang ada bisa dalam mingguan, bulanan, tahunan. Apabila kita ingin menilai status gizi di suatu masyarakat dan waktu yang singkat maka menggunakan metode antropometri. Jika menggunakan metode biokimia membutuhkan waktu yang lama, biaya, tenaga dan peralatan yang memadai.
8. Dana
Masalah dana juga mempengaruhi jenis metode yang akan digunakan untuk menilai status gizi. Umumnya penggunaan metode biokimia relatif mahal dibanding dengan metode lainnya. Penggunaan metode disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalain penilaian status gizi.
Jadi penilaian metode status penilaian gizi harus mempertimbangkan faktor tersebut diatas. Faktor-faktor itu tidak bisa berdiri sendiri tapi saling mengait. Oleh karena itu untuk menentukan metode penilaian status gizi harus memperhatikan keseluruhan dan mencermati kelebihan dan kekurangan tiap metode tersebut.


B. Kartu Menuju Sehat (KMS)
Pertumbuhan merupakan parameter kesehatan gizi yang cukup peka untuk digunakan dalam menilai kesehatan anak, terutama anak bayi dan balita. Dalam upaya memonitor kesehatan gizi anak ini dipergunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) maupun di klinik kesehatan anak dan Posyandu di wilayah-wilayah Indonesia. Kelompk sampel anak Balita merupakan bagian yang sangat sensitif terhadap perubahan kondisi gizi di dalam masyarakat, sehingga dapat dipergunakan untuk memantau kesehatan gizi masyarakat untukjangka panjang. Pertumbuhan berat badan kelompok ini merupakan parameter paling sesuai karena cukup sensitif; erat hubungannya dengan konsumsi energi dan protein yang merupakan dua jenis zat gizi yang paling sering menimbulkan problema kesehatan gizi pada skala nasional atau daerah luas regional di Indonesia. Parameter ini juga cukup sensitif terhadap perubahan-pembahan akut mengenai konsumsi bahan makanan pokok, dan mudah pelaksanaannya sehingga dapat dilakukan secara berkesinambungan oleh masyarakat itu sendiri dengan biaya murah tanpa memerlukan peralatan rumit dan keahlian khusus. KMS digunakan sebagai suatu sistem pemantauan berat badan balita melaui pencatatan hasil penimbangan dengaa alat timbangan yang bersahaja yaitu dacin telah digunakan di Indonesia dan beberapa negara lain. Hambatan kemajuan pertumbuhan berat badan anak yang dipantau dapat segera terlihat pada grafik pertumbuhan hasil pengukuran periodik yang dicatat dan tertera pada KMS tersebut. Naik turunya jumlah anak Balita yang menderita hambatan pertumbuhan di suatu daerah dapat segera terlihat dalam jangka waktu pendek (bulan) dan dapat segera diteliti lebih jauh apa sebabnya dan dibuat rancangan untuk diambil tindakan penanggulangan secepat mungkin. Kondisi kesehatan masyarakat secara umum dapat dipantau melalui kondisi pertumbuhan anak Balita melalui KMS, yang penimbangannya dilakukan di Posyandu.
Pada dasarnya KMS mempergunakan klasifikasi GOMEZ untuk menilai kondisi kesehatan gizi anak, disesuaikan dengan kondisi gizi anak-anak di Indonesia. GOMEZ mengadakan ktasifikasi berat ringannya KKP (Kurang Kalori Protein) berdasarkan berat badan dibandingkan dengan berat standart HARVARD (hasil penelitian di Amerika Serikat oleh Universitas Harvard) sebagai berikut:

PCM0 (anak sehat) : Berat badan 110 - 90% standart Harvard
PCMI : Berat badan 89 - 75% standart Harvard
PCMII : Berat badan 74 - 60% standart Harvard
PCMUI : Berat badan kurang dari 60% standart Harvard

Batas-batas berat badan menurut kualifikasi GOMEZ ini terlalu tinggi bagi anak-anak Indonesia, yang berat badannya rata-rata lebih ringan dibandingkan dengan berat badan anak-anak Amerika, yang menjadi dasar standart Harvard tersebut. Karena itu batas-batas berat badan menurut GOMEZ ini disesuaikan dengan kondisi anak-anak Indonesia, sehingga mendapatkan kualifikasi sebagai berikut:
KKP0 (anak sehat) : Berat badan 110 - 85% standart Harvard
KKPI : Berat badan 84 - 75% standart Harvard
KKPII : Berat badan 74-60% standart Harvard
KKPIII : Berat badan kurang dari 60% standart Harvard

Dalam KMS terdapat jalur-jalur berwarna yang menunjukkan derajat kesehatan anak tersebut dari sudut gizi.
  •  Anak sehat (KKP0) digambarkan dengan lahir berat badan yang berwarna hijau. Anak yang sedang diteliti dicatat umurnya dan ditimbang berat badannya.
  • Di bawah Jalur hijau terdapat jalur yang diberi warna kuning. Ini menunjukkan daerah KKP ringan, jadi anak mulai memperlihatkan gangguan pertumbuhan ringan, yang menggambarkan pula adanya gangguan kesehatan.
  • Bila anak lebih jelek lagi, garis kurva pertumbuhan akan lebih menurun lagi masuk ke daerah dibawah garis merah, yang merupakan batas bawah dari jalur kuning. Daerah dibawah garis merah ini menunjukan KKP berat.
C. PESAN DASAR KMS
Untuk mengetahui pertumbuhan balita, anak harus ditimbang setiap bulan secara rutin.
D. CARA PENGISIAN KMS
1. Pada Penimbangan Pertama
Pada penimbangan pertama, sebelum anak ditimbang, kolom-kolom pada KMS yang berkaitan dengan identitas anak dan orang tua diisi lebih dahulu, sesuai dengan Langkah pertama, Langkah kedua, dan Langkah ketiga.
Langkah pertama : Mengisi nama anak dan nomor pendaftaran
Pada halaman muka KMS, isilah nama anak dan nomor pendaftaran sesuai dengan nomor registrasi yang ada di posyandu.
Langkah kedua : Mengisi kolom identitas yang tersedia pada halaman dalam KMS-Balita
1. Kolom "posyandu" diisi nama posyandu tempat dimana anak didaftar
2. Kolom "Tanggal pendaftaran" diisi tanggal, bulan dan tahun anak didaftar pertama kali.
3. Kolom "Nama anak" diisi nama jelas anak, sama seperti halaman depan KMS Kolom "Laki-laki

Langkah ketiga : Mengisi kolom bulan lahir
Selanjutnya cantumkan bulan lahir anak pada kolom 0, kemudian isilah semua kolom bulan secara berurutan
Langkah keempat : Meletakkan titik berat badan pada grafik KMS-Balita
Setelah anak ditimbang, letakkan titik berat badannya pada titik temu garis tegak (sesuai dengan bulan penimbangan) dan garis datar (berat badan).
Langkah kelima : Mencatat keadaan kesehatan, makanan dan keadaan lainnya.
Catat juga semua kejadian yang dialami anak yang dapat mem-pengaruhi kesehatannya, pada garis tegak (lihat contoh), sesuai bulan bersangkutan.
Langkah keenam : Mengisi kolom pemberian imunisasi
Kolom ini diisi langsung oleh petugas imunisasi setiap kali setelah imunisasi diberikan (lihat contoh disamping)
Langkah ketujuh : Mengisi kolom pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi
Kolom ini digunakan oleh kader untuk mencatat tanggal pemberian kapsul vitamin A yang diberikan kepada bayi 6-11 bulan (warna biru) dan anak 12-59 bulan (warna merah) pada setiap bulan Februari dan Agustus.
Langkah kedelapan : Mengisi kolom Periode Pemberian ASI Ekslusif

• Kolom-kolom ini terdapat di bawah kolom-kolom nama bulan 0,1,2,3,4.
• Apabila bayi mendapat ASI saja sampai usia 3 bulan, maka kolom 0, 1, 2 dan 3 diisi E0, E1, E2 dan E3. Sedangkan kolom 4 diisi dengan tanda kurang (-), karena anak sudah mulai diberi makan bubur tim lumat.

2. Pada Penimbangan Kedua dan Seterusnya
• Lakukan langkah keempat
Jika bulan lalu anak ditimbang, hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu dalam bentuk garis lurus.
• Lakukan langkah kelima
Catat juga semua kejadian yang dialami anak pada garis tegak sesuai bulan bersangkutan.
• Apabila anak mendapat imunisasi, lakukan langkah keenam.
• Apabila anak ditimbang pada bulan kapsul vitamin A (Februari atau Agustus), maka jika anak diberi kapsul vitamin A, lakukan langkah ketujuh.
• Apabila umur bayi masih dibawah 5 bulan, lakukan langkah kedelapan.


E. PROGRAM PERBAIKAN GIZI
- Meningkatkan Penyuluhan Gizi pada Balita/Masyarakat
- Menanggulangi gizi kurang dan menekan kejadian gizi buruk pada balita
- Meningkatan penanggulangan kekurangan gizi
- Meningkatkan gizi lebih
- Mengembangkan dan membina tenaga gizi
- Melaksanakan perbaikan gizi institusi
- Melaksanakan perbaikan gizi akibat dampak sosial, pengungsian dan bencana alam

READ MORE - PENILAIAN STATUS GIZI

Sistem Manajemen Mutu Pelayanan

Manajemen Mutu Pelayanan Di Poliklinik 

Pendahuluan
Arus informasi yang membanjiri masyarakat menyebabkan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang mutu pelayanan kesehatan. Hal tersebut menyebabkan semakin tinggi pula tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan. Masyarakat mulai membandingkan pelayanan yang diberikan oleh puskesmas dengan balai pengobatan swasta seperti poliklinik, bagi yang mampu akan datang pada sarana pelayanan yang lebih representative seperti Rumah Sakit. Maka dari itu tiap organisasi saling bersaing dalam meningkatkan pelayanan melalui sistem manajemen penjaga mutu.
Sistem manajemen mutu adalah kemampuan untuk menghasilkan dan mempertahankan suatu produk yang bermutu tanpa disertai adanya manajemen proses yang matang dan rapi didalamnya.
Sistem manajemen mutu akan memberikan kemampuan kepada organisasi dalam melakukan control, menciptakan stabilitas, prediktabilitas dan kapabilitas bisnis. Dengan adanya system mutu diharapkan organisasi akan lebih terbantu dalam mencapai, mempertahankan, dan meningkatkan mutu produk ataupun layanan yang disediakan secara ekonomis. Sistem manajemen mutu juga sangat membantu untuk bertindak secara lebih baik dibanding sebelumnya.
Tiga komponen penting dalam organisasi yang perlu menjadi perhatian yaitu produktivitas, efisiensi dan mutu pelayanan. Manajemen mutu akan meningkatkan fungsi ketiga komponen tersebut yang dampaknya adalah peningkatan hasil guna asset, penambahan margin dan meningkatkan keunggulan mutu sehingga meningkatkan kemampuan meraih dan berkembangnya pangsa pasar. Hasil akhirnya adalah perolehan keuntungan baik yang berupa uang (profit) maupun bukan berupa uang yaitu kepuasan (satisfaction). Profit dan satisfaction merupakan sasaran antara sebelum tercapai sasaran akhir yaitu kepuasan para pelaku organisasi (stakeholders).
Penjamin keberlangsungan proses sistem manajemen mutu pada dasarnya terdiri atas tiga fase :
a. Input
Customer merupakan bagian utama yang harus kita perhatikan mulai dari kebutuhan, keinginan, keperluan sebagai permintaan maupun tuntutannya
b. Proses
Didalam proses ini ada 4 komponen yang harus di perhatikan yaitu :
  • management responsibility
  • resources management
  • product realization
  • measuretment analysis and improvement
c. Output
Adalah kepuasan customer sebagai harapan dari kedua pihak yaitu management sebagai input dalam upaya perbaikan dan apabila kepuasan itu terpenuhi maka customer akan kembali menggunakan produk yang dihasilkan.

Teori
Program menjaga mutu mempunyai kegiatan yaitu pemantauan, penilaian dan perbaikan.
Menurut teori yang ada :
Palmer (1979)
  • Menetapkan masalah mutu pelayanan kesehatan
  • Merancang kajian masalah mutu pelayanan serta menyusun standar penampilan
  • Mengumpulkan serta menganalisis data tentang mutu pelayanan kesehatan
  • Mengirimkan umpan balik ke penyelenggara pelayanan kesehatan, merumuskan kekurangan yang dihadapi serta melakukan upaya penyempurnaan berbagai kekurangan yang dihadapi
  • Melakukan kajian ulang untuk memantau kemajuan yang dicapai, yakni yang menuju kepada perbaikan mutu yang diselenggarakan

Vouri (1980)
  • Menetapkan masalah mutu pelayanan kesehatan
  • Menetapkan prioritas masalah pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
  • Melakukan analisis masalah mutu pelayanan kesehatan
  • Melakukan kajian masalah mutu secara lebih mendalam
  • Menetapkan dan menyusun upaya penyelesaian masalah mutu
  • Melakukan upaya penyelesaian masalah mutu
  • Melakukan pemantauan dan penilaian kembali masalah mutu yang telah diselesaiakan

Kenyataan
Poliklinik Udinus adalah balai pengobatan yang melayani mahasiswa, dosen, dan karyawan Udinus. Poliklinik Udinus memiliki dua jenis pelayanan, yaitu poli umum dan poli gigi. Poliklinik Udinus hanya melayani pengobatan penyakit ringan.

Jumlah pasien yang berobat ke Poliklinik Udinus adalah
- Januari : 616 pasien
- Februari : 702 pasien
- Maret : 1,082 pasien
- April : 843 pasien

Jumlah peningkatan dan penurunan pasien tidak menentu.
Saat melakukan pelayanan, poliklinik Udinus mempunyai Kelompok Penjaga Mutu (KPM) yang menjadi satu dengan Udinus, karena poliklinik Udinus merupakan bagian kecil dari Udinus. Namun KPM tidak mengetahui tentang pelaksanaan pelayanan di lapangan karena orang-orang yang menjadi anggota KPM tidak memiliki pengetahuan tentang pelayanan kesehatan poliklinik.
Poliklinik Udinus juga dipantau oleh Pemkot dan Dinas Kesehatan untuk mendapat perijinan poliklinik.
Poliklinik Udinus mempunyai suatu protap yang berisi :
a. Pasien
  1. Pelayanan poliklinik berlaku untuk seluruh mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro yang masih aktif / terdaftar dan berstatus mahasiswa tanpa dipungut biaya
  2. Pada saat berobat pasien pada item (a) harus menunjukan kartu pengobatan yang dikeluarkan oleh pihak poliklinik. Bagi yang belum memiliki kartu pengobatan tersebut, harus menyelesaikan administrasi pembuatan kartu pengobatan terlebih dahulu
  3. Pelayanan poliklinik berlaku pula untuk karyawan Universitas Dian Nuswantoro beserta keluarganya (istri/suami, anak), sesuai yang terdaftar di berkas poliklinik tanpa dipungut biaya
  4. Poliklinik juga memberi pelayanan kepada pasien / masyarakat umum dengan ketentuan tarif/biaya pemeriksaan dan obat sesuai dengan apa yang telah ditetapkan
b. Obat
  1. Obat-obat yang diberikan adalah yang tersedia di poliklinik dan sesuai dengan resep dari dokter pemeriksa
  2. Poliklinik tidak melayani penukaran / penebusan resep dari luar (selain dari dokter poliklini)
c. Jenis pelayanan / tindakan
1. Poli umum
i. Mahasiswa
- Pemeriksaan, pengobatan, konsultasi
- Pemeriksaan golongan darah
ii. Karyawan
- Pemeriksaan, pengobatan, konsultasi
- Pemeriksaan golongan darah
- Konsultasi dan pelayanan KB (suntik, pil)
- Imunisasi
- Pemeriksaan / tes kehamilan
iii. Pasien / masyarakat umum
- Sesuai pelayanan untuk karyawan dan pelayanan tambahan lainnya
2. Poli gigi
i. Mahasiswa
- Pemeriksaan, pengobatan, konsultasi
- Cabut / tambal
ii. Karyawan
- Pemeriksaan, pengobatan, konsultasi
- Cabut / tambal
- Perawatan syaraf gigi
- Pembersihan karang gigi (dengan indikasi dari dokter gigi)
iii. Pasien / masyarakat umum
- Untuk sementara belum melayani pasien / masyarakat umum
d. Lain-lain
Bagi warga lingkungan sekitar poliklinik dilayani sebagai pasien umum dengan ketentuan tarif / biaya pemeriksaan dan obat sesuai ketentuan yang telah ditetapkan, kecuali :
 a. Bapak RT, RW, Lurah
b. Warga yang tidak mampu (ditunjukkan dengan surat keterangan dari RT/RW setempat)
Sedangkan untuk Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelayanan tidak ada. Selama ini karyawan melakukan pelayanan berdasarkan pengetahuan dan kebiasaan.
Untuk yang mengawasi proses pelayanan adalah petugas kesehatan itu sendiri. Saling memberi kritik dan saran satu sama lain. Petugas poliklinik Udinus selalu mengadakan pertemuan dua kali dalam satu tahun untuk mengevaluasi kinerja masing-masing petugas dan keseluruhan organisasi. Biasanya organisasi juga mendapat masukan dari pasien. Masukan yang sering datang adalah tentang complain pemberian obat yang dirasa sejenis oleh pasien dan kadang petugas kurang ramah. Untuk complain tentang obat memang penyakit yang dialami pasien hampir seragam sehingga pengobatannya sama. Sedangkan untuk complain mengenai keramahan petugas, organisasi selalu berusaha meningkatkan kinerja termasuk dalam keramahan ketika pemberian pelayanan.

Poliklinik Udinus memiliki 5 petugas yang dibagi dalam 2 shift. Satu petugas harus bisa melakukan lebih dari satu jenis pekerjaan, seperti menjadi perawat dan tenaga administrasi. Hal ini yang kadang menjadi kendala pada petugas sehingga memberikan pelayanan yang kurang bermutu seperti kurang ramah terhadap pasien.

Analisa
Dari hasil pengamatan di poliklinik Udinus mengenai manajemen mutu pelayanan kesehatan adalah:
  1. Sudah ada Kelompok Penjaga Mutu (KPM) yang menjadi satu dengan Udinus, namun dirasa kurang maksimal bagi poliklinik karena anggota KPM tidak memiliki pengetahuan tentang pelayanan kesehatan. Sehingga KPM hanya menilai apakah poliklinik sudah memberikan pelayanan kesehatan bagi mahasiswa, dosen, dan karyawan Udinus.
  2. Sudah ada protap dalam pemeberian pelayanan secara umum, namun untuk tiap tindakan yang ada tidak ada SOP yang tertulis. Petugas melakukan prosedur berdasarkan pengetahuan dan kebiasaan.
  3. Sudah ada evaluasi internal organisasi dan saling mengevaluasi masing-masing anggota organisasi
  4. Audit dilakukan oleh Pemkot dan DKK guna mendapatkan ijin poliklinik, yang berarti ada pemantauan dari luar organisasi mengenai pelayanan
  5. Jumlah petugas yang sedikit (5 orang) dan merangkap lebih dari satu pekerjaan kadang menjadi kendala dalam memberikan mutu pelayanan yang terbaik, khususnya dalam keramahan petugas
Kesimpulan
Suatu organisasi harus memiliki produk atau layanan dengan mutu yang baik dan tinggi agar tetap dapat meningkatkan nilai kompetitif organisasi. Mutu yang baik hanya bisa dihasilkan oleh organisasi yang memiliki sistem manajemen mutu yang handal. Tapi sistem manajemen mutu hanyalah sebagai alat yang membantu untuk bekerja secara lebih efektif dan efisien. Mengukur tingkat keberhasilan melalui tingkat kepuasan konsumen pada layanan yang diberikan, bukan keberhasilan dalam mendapatkan sertifikasi suatu standar sistem mutu.

Saran
  1. Sebaiknya ada anggota KPM yang memiliki pengatahuan mengenai pelayanan kesehatan sehingga dapat melakukan pengendalian mutu di poliklinik Udinus
  2. Diadakan SOP sederhana yang tertulis sehingga bisa menjadi pedoman dalam pemberian pelayanan
  3. Evaluasi internat tetap dijalankan, kalau memungkinkan ditingkatkan menjadi setahun 3 - 4 kali untuk meningkatkan mutu pelayanan
READ MORE - Sistem Manajemen Mutu Pelayanan

Friday, May 14, 2010

HUBUNGAN FUNGSI KOORDINASI DAN PENGAWASAN

HUBUNGAN FUNGSI KOORDINASI DAN PENGAWASAN DENGAN KETEPATAN WAKTU LAPORAN IMUNISASI BULANAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA
TAHUN 2010

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010 menurut UU no 23 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU no. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, memberikan kewenangan yang luas dan bertanggung jawab kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Sebagai instansi penentu kebijakan di tingkat kabupaten maka Dinas Kesehatan Kabupaten dapat menetapkan sendiri prioritas masalah-masalah kesehatan yang ada di daerahnya, serta dapat melakukan langkah-langkah pembangunan sesuai dengan kemampuan daerah sendiri.1) 

Pembangunan upaya kesehatan masyarakat yang dilakukan di seluruh pelosok tanah air menitik beratkan pada upaya kesehatan melalui pelayanan kesehatan dasar yaitu keberadaan puskesmas, puskesmas dengan tempat tidur, puskesmas pembantu (pustu), puskesmas keliling (pusling), poliklinik bersalin desa (polindes) dengan bidan desanya.3) Dalam rangka menyelenggarakan upaya kesehatan, puskesmas merupakan unit pelayanan terdepan yang dapat menjangkau langsung pada masyarakat. Puskesmas tidak hanya sebagai pemberi pelayanan kesehatan saja, namun juga melaksanakan berbagai upaya kesehatan meliputi program pembangunan kesehatan masyarakat baik promotif, preventif maupun rehabilitatif.2) 

Imunisasi merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan dasar yang memegang peranan dalam menurunkan angka kematian bayi dan ibu. Upaya pelayanan program imunisasi dilakukan melalui kegiatan imunisasi rutin dan tambahan dengan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). 3) Tujuan tersebut dapat tercapai apabila ditunjang dengan sumber daya manusia yang berkualitas dan ketersediaan standar, pedoman, sistem pencatatan-pelaporan serta logistik yang memadai dan bermutu. 

Imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus menerus harus dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan. Berdasarkan kelompok usia sasaran, imunisasi rutin dibagi menjadi Imunisasi rutin pada bayi, wanita usia subur, dan pada anak sekolah. Pada kegiatan imunisasi rutin terdapat kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk melengkapi imunisasi rutin pada bayi dan wanita usia subur (WUS) seperti kegiatan sweeping pada bayi dan kegiatan akselerasi Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) pada WUS.3)
Semua kegiatan program imunisasi yang telah dilakukan harus dicatat dan dilaporkan kepada atasan. Pencatatan pelaporan imunisasi adalah pencatatan dan pelaporan data program imunisasi, meliputi : hasil cakupan imunisasi, data logistik, data inventarisasi peralatan imunisasi dan kasus diduga KIPI atau KIPI. Pelaporan dilakukan oleh setiap unit yang melakukan kegiatan imunisasi, mulai dari posyandu, poskesdes, puskesmas pembantu, puskesmas, rumah sakit, unit pelayanan swasta (bidan/dokter praktek, rumah bersalin) kepada puskesmas. Pencatatan dan pelaporan ini menggunakan format-format standard dan dapat terpadu dengan format-format dari program terkait serta dilaporkan secara lengkap dan tepat waktu, sehingga dapat bermanfaat untuk ditindaklanjuti segera.4)

Mekanisme pelaporan dan batas waktu pelaporan imunisasi bulanan puskesmas dilakukan setiap bulan dan paling lambat dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten tanggal 5 pada bulan berikutnya.2) Laporan dari masing-masing pelaksana program dan puskesmas pembantu kepada koordinator imunisasi di tingkat puskesmas paling lambat sudah diterima pada tanggal 2 bulan berikutnya dari bulan laporan.

Henry Fayol membagi fungsi manajemen menjadi Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, dan Controlling.5) Untuk mencapai laporan yang tepat waktu, dibutuhkan fungsi manajemen untuk mengatur semua kegiatan didalamnya. Fungsi manajemen ini berguna untuk mengkoordinasikan semua kegiatan manajerial. Fungsi manajemen dapat membantu Koordinator program imunisasi Puskesmas untuk membuat laporan imunisasi bulanan dengan tepat waktu. Pelaporan yang tepat waktu dapat digunakan untuk pengambilan kebijakan dan analisa perbaikan serta perencanaan pada program selanjutnya. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan fungsi manajemen yang baik dan teratur. 

Sesuai hasil observasi penulis pada rekapitulasi Laporan Imunisasi bulanan dari Puskesmas di Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara selama tahun 2009, ternyata terjadi keterlambatan laporan imunisasi bulanan dari Puskesmas. Berdasarkan data yang diperoleh, persentase kumulatif ketepatan waktu laporan hanya mencapai 52,6% dari target 100%. Dari 35 Puskesmas di Kabupaten Banjarnegara yang wajib mengumpulkan laporan imunisasi bulanan, jumlah laporan yang terlambat pada bulan Oktober terdapat 15 laporan, bulan November terdapat 9 laporan dan pada bulan Desember terdapat 20 laporan. Dari jumlah tersebut maka dapat dihitung persentase keterlambatan laporan imunisasi bulanan pada bulan Oktober – Desember 2009 berturut-turut sebesar 42,9%, 25,7% dan 57,1% dari target keterlambatan laporan sebesar 0%. Sedangkan rata-rata hari keterlambatan mencapai 4-5 hari.

Berdasarkan kegiatan survei awal dalam wawancara yang dilakukan dengan beberapa Koordinator imunisasi dan pemegang program di Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara, ada beberapa hal yang membuat laporan imunisasi bulanan menjadi terlambat. Beberapa diantaranya kurangnya komunikasi dan longgarnya pengawasan dari atasan yang diduga menjadi penyebab terjadinya keterlambatan laporan imunisasi bulanan. 

Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara sering mengadakan pertemuan bagi seluruh koordinator Puskesmas di Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk menginformasikan berita terbaru seputar program imunisasi. Namun sering kali informasi tersebut tidak sampai kepada para bidan desa atau pelaksana imunisasi di tingkat Puskesmas. Menurut informasi dari salah satu Koordinator Imunisasi di Puskesmas, dalam pertemuan rutin yang dilaksanakan oleh Puskesmas, ternyata banyak bidan desa yang sering kali tidak menghadiri pertemuan karena berbagai sebab. Karena ketidakhadiran bidan desa dalam pertemuan rutin Puskesmas tersebut, pada akhirnya koordinasi diantara mereka menjadi berkurang. Hal ini yang sering kali menjadikan laporan imunisasi bulanan puskesmas menjadi terlambat.

Pengawasan yang longgar dan tidak adanya sanksi dari atasan menjadikan keterlambatan laporan imunisasi menjadi bukan sesuatu yang penting. Koordinator imunisasi Puskesmas telah melakukan upaya penagihan laporan yang belum masuk dengan menggunakan SMS kepada para bidan desa sebagai pelaksana kegiatan imunisasi. Tetapi terkadang upaya tersebut kurang berhasil karena sifat bidan desa yang kurang menaati aturan. Menurut salah satu Koordinator Imunisasi di Puskesmas, tidak adanya sanksi atau hukuman yang berarti untuk keterlambatan laporan menyebabkan para bidan desa menjadi mengabaikan dan tidak terlalu mementingkan ketepatan waktu pelaporan. Laporan dari para bidan desa yang terlambat masuk menjadikan Koordinator imunisasi Puskesmas terhambat untuk melakukan entry data dan menyebabkan pelaporan ke Dinas Kesehatan juga menjadi terlambat. 

Beberapa hal tersebut di atas pada akhirnya juga akan mempengaruhi pelaporan imunisasi bulanan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara ke Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Laporan dari Puskesmas yang terlambat, menyebabkan laporan imunisasi bulanan ke Dinas Kesehatan Propinsi juga menjadi terlambat. Pada saat ini, berdasarkan umpan balik hasil imunisasi rutin sampai dengan triwulan 2 (Januari – Juni 2009), prosentase ketepatan waktu laporan imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara hanya mencapai 16,7% dari target 100%. Rendahnya nilai prosentase ini disebabkan karena Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara harus menunggu laporan dari semua Puskesmas masuk untuk di entry dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Keterlambatan ini tentu saja menjadikan citra prestasi dan kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara menjadi buruk.

Dengan keadaan seperti itu, maka diharapkan setiap petugas pencatatan dan pelaporan laporan imunisasi Puskesmas harus mulai memperhatikan ketepatan waktu dalam melaporkan hasil imunisasi bulanan. Sehingga peneliti ingin meneliti hubungan fungsi koordinasi dan pengawasan dengan ketepatan waktu laporan imunisasi bulanan Kabupaten Banjarnegara.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan fungsi koordinasi dan pengawasan dengan ketepatan waktu laporan imunisasi bulanan di Kabupaten Banjarnegara?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan fungsi koordinasi dan pengawasan dengan ketepatan waktu laporan imunisasi bulanan di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan fungsi koordinasi dalam kegiatan pelaporan imunisasi bulanan.
b. Mendeskripsikan fungsi pengawasan dalam kegiatan pelaporan imunisasi bulanan.
c. Mendeskripsikan ketepatan waktu laporan imunisasi bulanan Puskesmas.
d. Mengetahui hubungan antara fungsi koordinasi dengan ketepatan waktu laporan imunisasi bulanan.
e. Mengetahui hubungan antara fungsi pengawasan dengan ketepatan waktu laporan imunisasi bulanan.

D. Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :
1. Bagi Keilmuan
Menambah pengetahuan dalam melakukan kajian ilmiah serta mengetahui informasi mengenai hubungan fungsi koordinasi dan pengawasan dengan ketepatan waktu laporan imunisasi bulanan Puskesmas.

2. Bagi Program
Memberikan informasi yang menjadi salah satu masukan dalam upaya meningkatkan sistem pengelolaan laporan imunisasi bulanan Puskesmas.

3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi yang dapat digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kesehatan masyarakat.

PO KESEHATAN 003
READ MORE - HUBUNGAN FUNGSI KOORDINASI DAN PENGAWASAN

ANALISIS PENGARUH BID-ASK SPREAD

SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH BID-ASK SPREAD, MARKET VALUE, RISK OF RETURN SAHAM DAN VOLATILITAS HARGA TERHADAP HOLDING PERIOD SAHAM-SAHAM LQ 45 TAHUN 2005-2007

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pasar modal merupakan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk menghimpun dana dari investor. Investor dapat melakukan investasi dengan memilih berbagai jenis investasi. Pada dasarnya investasi dibagi menjadi dua, yaitu investasi pada aset keuangan (financial asset) dan aset fisik (real asset). Aset keuangan adalah selembar kertas sebagai bukti klaim terhadap penerbit aset keuangan tersebut, sedangkan aset fisik adalah aset yang nyata secara fisik seperti emas, tanah dan bangunan. Adapun salah satu aset keuangan yang menjadi primadona bagi investor adalah saham biasa. Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa (Anoraga dan Pakarti, 2001).

Lamanya seorang investor untuk menahan dananya pada suatu saham perusahaan tertentu, merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti. Seorang investor diberi kekuasaan untuk memilih saham perusahaan yang go public, selain itu mereka juga diberi kebebasan untuk menahan lamanya financial asset tersebut. Hal itu dilakukan oleh investor untuk mengurangi risiko sekecil-kecilnya demi mendapatkan profit yang maksimal.

Bila seorang investor memprediksikan bahwa saham perusahaan yang dibelinya tersebut menguntungkan, maka para investor akan cenderung untuk menahan sahamnya dalam jangka waktu yang lebih lama, dengan harapan bahwa harga jual saham tersebut akan lebih tinggi di masa yang akan datang. Sebaliknya, mereka akan segera melepas saham yang telah dibelinya, jika diprediksikan bahwa harga saham tersebut akan mengalami penurunan. Hal ini dilakukan oleh para investor untuk meminimalkan resiko yang akan mereka hadapi.

Frekuensi perdagangan yang semacam ini, biasanya dapat dipengaruhi dari informasi ekstern maupun intern perusahaan. Seperti informasi mengenai laporan keuangan perusahaan, yang dapat mencerminkan laba perusahaan tahun berjalan. Selain itu, opini dari public juga dapat mempengaruhi lamanya seorang investor menahan sejumlah dananya dalam suatu perusahaan tertentu.

Literatur keuangan menjelaskan bahwa investor perlu mempertimbangkan transaction cost dalam periode investasi (holding period). Transaction cost akan mempengaruhi keputusan holding period investor dalam menahan saham untuk jangka waktu tertentu. Pada umumnya, investor dengan periode waktu yang panjang akan memegang saham yang memiliki bid-ask spread tinggi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa bid-ask spread merupakan bagian dari transaction cost yang mempegaruhi keputusan investor untuk menahan lebih lama saham-saham dengan transaction cost lebih tinggi.

Pada saat memegang saham untuk periode waktu tertentu, investor akan menyesuaikan biaya transaksi dengan jumlah (lot) pemesanan saham yang diinginkan. Secara teoritis apabila jumlah order pemesanan saham meningkat maka biaya transaksi akan meningkat. Rasionalitas seorang investor melakukan pemesanan saham tergantung pada jangka waktu investasi dan sifat dasar investor.

Jangka waktu dalam investasi sendiri ada dua macam, yakni jangka waktu panjang dan jangka waktu pendek. Sedangkan sifat dasar dari investor itu sendiri juga ada dua macam yakni investor yang risk-seeker dan risk-averter. Investor risk-averter cenderung berhati-hati dalam membeli saham. Biasanya tipe investor ini akan melakukan pemesanan order dalam jumlah besar dan berjangka waktu panjang (long term horizon). Hal yang kontras akan berlaku untuk tipe investor yang risk-seeker karena mereka lebih berani mengambil resiko.
Penelitian-penelitian tentang perilaku pasar saham beserta pelakunya telah banyak dilakukan dengan tujuan dan kepentingannya masing-masing. Salah satu studi yang telah banyak dilakukan berkaitan dengan perilaku pelaku pasar adalah studi tentang bid-ask spread harga saham khususnya yang berkaitan dengan faktor penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Pada penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan, Demsetz (1968) dan Treynor (1971) dalam Lenny dan Indriantoro (1999) telah menguji pentingnya biaya transaksi terutama bid-ask spread terhadap keputusan investasi dengan menghubungkan antara spread dengan transaction cost yang memprediksikan bahwa asset yang memiliki spread yang lebih besar menghasilkan expected return yang lebih tinggi pula dan bahwa terjadi efek clintele dimana investor dengan holding period yang lebih lama memilih aset yang memiliki spread besar. Hasil dari penelitian tersebut adalah expected return meningkat seiring dengan holding period dan konsekuensinya aset yang memiliki spread besar menghasilkan net return yang lebih besar kepada pemegangnya. Akibatnya investor mengharapkan holding period yang panjang dapat menahan aset yang memilki spread besar.

Setelahnya juga telah dilakukan berbagai studi yang berhubungan dengan faktor penentu bid-ask spread oleh Tinic (1972), Benston dan Hagerman (1974) dan Stoll (1978) dalam Lenny dan Indriantoro (1999). Selain itu Branch dan Freed (1977), Hamilton (1976) dan Marsh dan Rock (1986) dalam Lenny dan Indriantoro (1999) juga menulis artikel tentang besarnya bid-ask spread di berbagai pasar. Selanjutnya Stoll dan Whaley (1983), Keim (1989) dan Atkins dan Dyl (1990) dalam Lenny dan Indriantoro (1999) meneliti peran bid-ask spread dalam penjelasan terhadap anomali pasar modal. Dari keseluruhan penelitian di atas sampailah pada kesimpulan sementara bahwa bid-ask spread yang menyebabkan clientele effect, yang berarti bahwa bid-ask spread mempengaruhi frekuensi perdagangan dan menyebabkan investor mengharapkan untuk menahan lebih panjang (pendek) aset yang memiliki biaya transaksi yang lebih tinggi (rendah). 

Studi yang pernah dilakukan Atkins dan Dyl (1997) dalam Subali dan Zuhroh (2002) menginvestasi tentang pengaruh transaction cost yang dicerminkan oleh bid-ask spread terhadap holding period. Studi tersebut didasarkan pada teori yang disimpulkan Amihud dan Medelson (1986) dalam Subali dan Zuhroh (2002) yang menyatakan bahwa aset dengan transaction cost yang tinggi akan ditahan lebih lama oleh investornya dan sebaliknya.

Hasil studi Atkins yang dilakukan pada New York Stock Exchange dan Nasdaq periode 1975 sampai 1991 menghasilkan kesimpulan yang sama, selain itu hubungan yang lebih kuat antara kedua variabel tersebut terjadi pada Nasdaq yang memiliki spread yang lebih besar. Dari hasil kedua studi tersebut semakin meyakinkan bahwa transaction cost yang dicerminkan oleh bid-ask spread memang mempengaruhi keputusan investor dalam menentukan masa kepemilikan sahamnya.

Sedangkan penelitian tentang penurunan fungsi bid-ask spread sebagai fungsi dari cost dilakukan oleh Stoll dan Miller (1989) dalam Subali dan Zuhroh (2002). Studi tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa bid-ask spread merupakan fungsi dari tiga komponen biaya yaitu inventory holding cost, order processing cost dan advers information cost dengan komposisi berturut-turut 0.1 spread, 0.47 spread, dan 0.43 spread yang artinya jika nilai keseluruhan dari spread adalah 100%, maka komposisi dari ketiga komponen biaya tersebut adalah berturut-turut 10%, 47% dan 43%.

Di Indonesia penelitian tentang spread juga pernah dilakukan Lenny dan Indriantoro (1999). Studi tersebut menginvestigasi apakah di Bursa Efek Jakarta biaya transaksi yang dicerminkan oleh bid-ask spread yang tertentu mempengaruhi keputusan investor dalam menentukan masa kepemilikan sahamnya. Hasil studi tersebut ternyata menghasilkan kesmpulan yang berbeda dengan penemuan Atkins. Lenny menyimpulkan bahwa di BEJ, transaction cost tidak berpengaruh secara signifikan terhadap holding period, tetapi hanya variabel market value saja yang merupakan cerminan dari besarnya ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan investor dalam menentukan masa kepemilikan sahamnya. Perbedaan kesimpulan tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan kondisi pasar modal yang diobservasi. Atkins menggunakan NYSE dan Nasdaq Stock Exchange yang relatif lebih berkembang dan efisien dari BEJ.

Keinginan seorang investor untuk menyimpan sejumlah dananya dalam saham suatu perusahaan tertentu, dalam waktu tertentu, selain berdasarkan pada faktor makro ekonomi, menurut Lenny dan Indriantoro (1999) juga dapat dipengaruhi oleh faktor Bid-Ask Spread, yaitu selisih antara harga tawaran jual dengan harga tawaran beli, Market Value yaitu nilai pasar dari saham perusahaan yang diperjual-belikan, dan Risk of Return Saham yaitu gambaran mengenai volatilitas (fluktuasi) harga saham pada periode tertentu. Studi yang pernah dilakukan oleh Atkins dan Dyl (1997) dalam Miapuspita et al. (2003) menghasilkan kesimpulan spread yang merupakan fungsi dari transaction cost, market value yang mencerminkan ukuran perusahaan dan variance return yang menunjukkan volatilitas (fluktuasi harga) saham akan mempengaruhi keputusan investor untuk menahan sahamnya.

Hasil penelitian USA oleh Atkins dan Dyl (1997) dalam Setyawan (2008) menyimpulkan bahwa biaya transaksi akan lebih rendah untuk saham-saham yang diperdagangkan dalam jumlah lebih besar. Dalam penelitian tersebut, mereka menyajikan bukti empiris bahwa jumlah atau volume perdagangan berhubungan secara terbalik (resiprokal) terhadap biaya transaksi. Artinya bahwa apabila jumlah atau volume perdagangan makin besar maka biaya transaksi akan makin rendah. Dan sebaliknya bila jumlah atau volume perdagangan makin kecil maka biaya transaksi akan makin tinggi.

Kesimpulan umum dari penelitian Atkins dan Dyl (1997) dalam Setyawan (2008) yaitu bahwa semakin tinggi biaya transaksi dalam dealer auction market maka akan semakin lama investor tersebut menahan atau memegang saham yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena investor via dealer berupaya menetapkan ask price melebihi bid price, dimana dalam ”dealer auction market”, ask price maksimum akan terbentuk dalam periode yang cukup panjang. Selain itu investor sudah menanggung biaya order transaksi yang tinggi, maka sebagai kompensasinya dia akan menahan saham yang baru dibeli lebih lama lagi. Saham yang diperoleh dengan biaya transaksi tinggi amat berharga dimata pemegangnya. Pandangan ini semakin diperkuat oleh Huang dan Wei (2002) dalam Setyawan (2008) yang menemunkan motif amortisasi saham-saham yang ber-spread tinggi dibalik lamanya holding period.

Hasil penelitian diatas ternyata didukung juga oleh penelitian Lenny dan Indriantoro (1999) di Indonesia. Dengan demikian ada bukti konsistensi tentang hubungan antara transaction cost dan holding period baik untuk sampel penelitian di USA maupun di Indonesia. Lenny dan Indriantoro (1999) memakai model 2SLS (Two Stages Least Square) dengan alasan karena adanya holding period dan bid-ask spread berhubungan secara simultan. Walaupun sebenarnya hal ini berlawanan dengan logika teoritis dan praktis. Mengingat holding period adalah tujuan yang ingin dicapai investor dengan memanfaatkan saham-saham dengan bid-ask spread tinggi. Sehingga pola hubungan yang lebih relevan adalah regresif bukan simultan.

Lenny dan Indriantoro (1999) memakai sampel observasi seluruh saham teraktif (LQ 45) listing di BEJ periode 1995-1996. Sementara Subali dan Zuhroh (2002) memakai sampel observasi sebesar 50 saham paling liquid di BEJ periode semesteran tahun 2000. Perbedaan sampel observasi antara keduanya tidak menyebabkan hasil analisa data yang berbeda. Artinya tetap mendukung Atkins dan Dyl (1997). Dengan demikian, dari penelitian Lenny dan Indriantoro (1999) & Subali dan Zuhroh (2002) memperlihatkan gambaran adanya kemungkinan investor di BEJ telah mulai memperhitungkan transaction cost (bid-ask spread) dalam berinvestasi saham.

Penelitian terbaru tentang adanya hubungan antara bid-ask spread, market value dan volatilitas harga dilakukan oleh Setyawan (2008). Hasil dari penelitian Setyawan (2008) adalah bahwa market value dan volatilitas harga berpengaruh positif signifikan terhadap holding period, sedangkan variabel bid-ask spread berpengaruh positif tidak signifikan terhadap holding period. 

Dari beberapa uraian diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui pengaruh bid-ask spread, market value, risk of return saham dan volatilitas harga baik secara simultan maupun parsial terhadap holding period dan untuk mengetahui variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap holding period. Penelitian ini meneruskan penelitian sebelumnya. Dalam penelitian replikasi terdapat perbedaan tahun penelitian, penambahan variabel maupun pengurangan variabel penelitian, atau bisa pula perbedaan obyek penelitian. Pada penelitian ini, penulis meneruskan penelitian yang dilakukan oleh Roni Setyawan. Judul penelitian Roni Setyawan adalah ”Pengaruh Bid-ask Spread, Market Value & Volatilitas Harga terhadap Holding Period Saham-saham LQ45 Tahun 2003-2005.” 

Sampel dalam penelitian Roni Setyawan adalah saham-saham LQ 45 yang konsisten selama periode 2003-2005. Dipilih LQ 45 karena ada dugaan LQ 45 di-hold untuk cukup lama oleh risk-averter investors. Setelah dilakukan investigasi pada Jakarta Fact Book 2004-2006, didapat 25 sampel final. Duapuluh lima sampel ini kemudian menghasilkan 75 data observasi secara pooling.

Hasil dari penelitian Roni Setyawan bahwa dari hasil statistik deskriptif, hampir semua data menunjukkan gejala volatilitas yang tinggi kecuali Ln MV. Fenomena ini dapat diartikan sebagai karakteristik unik dari saham LQ 45 yang demikian likuid dan aktif. Dari 74 observasi setelah TSPC pada tahun 2005 dikeluarkan karena memiliki nilai HP yang sangat ekstrim, rata-rata HP sekitar 4.591. Implikasinya para investor di BEJ rata-rata menahan saham LQ 45 selama 4-5 tahun. Kemudian besarnya bid-ask spread secara rata-rata masih cukup wajar dalam kisaran 1.5 - 2%. Artinya sulit diterima bila kisaran bid-ask spread melebihi tick-price terkecil yakni Rp. 1,-.

Pada penelitian ini, penulis ingin meneruskan penelitian tentang hubungan antara variabel bid-ask spread, market value, dan volatilitas harga dengan holding period berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan diatas. Pada studi ini, penulis juga memasukkan variabel tambahan risk of return saham yang merupakan standar deviasi dari return realisasi, yang pada penelitian terdahulu variabel tersebut terbukti berpengaruh terhadap holding period. Sampel observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah saham-saham LQ 45 yang konsisten selama periode 2005-2007.

Hasil statistik deskriptif yang telah dilakukan oleh penulis dari data saham-saham LQ 45 selama periode 2005-2007 dengan sampel sebanyak 84 perusahaan, rata-rata holding period sekitar 2,482. Implikasinya para investor di BEI rata-rata menahan saham LQ 45 selama ±2 tahun. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Atkin & Dyl (1997) dimana angka holding period sebesar 7-8 tahun sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Roni Setyawan rata-rata saham di hold selama 4-5 tahun. Fenomenanya dari tahun ke tahun lamanya investor dalam menahan sahamnya di pasar bursa mengalami penurunan.

Motivasi replikasi penulis adalah karena topik penelitian tentang hubungan antara variabel-variabel diatas dengan holding period masih jarang dilakukan dan penulis melihat potensi pentingnya hubungan antara variabel-variabel diatas dengan holding period sebagai salah satu kontributor bagi perkembangan literature market microstructure di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh bid-ask spread, market value, risk of return saham, dan volatilitas harga terhadap holding period baik secara serempak dan parsial. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis memberi judul pada penelitian ini yaitu ”Analisis Pengaruh Bid-ask Spread, Market Value, Risk of Return Saham dan Volatilitas Harga terhadap Holding Period Saham-saham LQ 45 Tahun 2005-2007.”



Terima Kasih



READ MORE - ANALISIS PENGARUH BID-ASK SPREAD

Cari Skripsi, Artikel, Makalah, Anti Virus

Custom Search