Software Anti Virus

Showing posts with label Skripsi Ekonomi. Show all posts
Showing posts with label Skripsi Ekonomi. Show all posts

Friday, May 14, 2010

ANALISIS PENGARUH BID-ASK SPREAD

SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH BID-ASK SPREAD, MARKET VALUE, RISK OF RETURN SAHAM DAN VOLATILITAS HARGA TERHADAP HOLDING PERIOD SAHAM-SAHAM LQ 45 TAHUN 2005-2007

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pasar modal merupakan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk menghimpun dana dari investor. Investor dapat melakukan investasi dengan memilih berbagai jenis investasi. Pada dasarnya investasi dibagi menjadi dua, yaitu investasi pada aset keuangan (financial asset) dan aset fisik (real asset). Aset keuangan adalah selembar kertas sebagai bukti klaim terhadap penerbit aset keuangan tersebut, sedangkan aset fisik adalah aset yang nyata secara fisik seperti emas, tanah dan bangunan. Adapun salah satu aset keuangan yang menjadi primadona bagi investor adalah saham biasa. Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa (Anoraga dan Pakarti, 2001).

Lamanya seorang investor untuk menahan dananya pada suatu saham perusahaan tertentu, merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti. Seorang investor diberi kekuasaan untuk memilih saham perusahaan yang go public, selain itu mereka juga diberi kebebasan untuk menahan lamanya financial asset tersebut. Hal itu dilakukan oleh investor untuk mengurangi risiko sekecil-kecilnya demi mendapatkan profit yang maksimal.

Bila seorang investor memprediksikan bahwa saham perusahaan yang dibelinya tersebut menguntungkan, maka para investor akan cenderung untuk menahan sahamnya dalam jangka waktu yang lebih lama, dengan harapan bahwa harga jual saham tersebut akan lebih tinggi di masa yang akan datang. Sebaliknya, mereka akan segera melepas saham yang telah dibelinya, jika diprediksikan bahwa harga saham tersebut akan mengalami penurunan. Hal ini dilakukan oleh para investor untuk meminimalkan resiko yang akan mereka hadapi.

Frekuensi perdagangan yang semacam ini, biasanya dapat dipengaruhi dari informasi ekstern maupun intern perusahaan. Seperti informasi mengenai laporan keuangan perusahaan, yang dapat mencerminkan laba perusahaan tahun berjalan. Selain itu, opini dari public juga dapat mempengaruhi lamanya seorang investor menahan sejumlah dananya dalam suatu perusahaan tertentu.

Literatur keuangan menjelaskan bahwa investor perlu mempertimbangkan transaction cost dalam periode investasi (holding period). Transaction cost akan mempengaruhi keputusan holding period investor dalam menahan saham untuk jangka waktu tertentu. Pada umumnya, investor dengan periode waktu yang panjang akan memegang saham yang memiliki bid-ask spread tinggi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa bid-ask spread merupakan bagian dari transaction cost yang mempegaruhi keputusan investor untuk menahan lebih lama saham-saham dengan transaction cost lebih tinggi.

Pada saat memegang saham untuk periode waktu tertentu, investor akan menyesuaikan biaya transaksi dengan jumlah (lot) pemesanan saham yang diinginkan. Secara teoritis apabila jumlah order pemesanan saham meningkat maka biaya transaksi akan meningkat. Rasionalitas seorang investor melakukan pemesanan saham tergantung pada jangka waktu investasi dan sifat dasar investor.

Jangka waktu dalam investasi sendiri ada dua macam, yakni jangka waktu panjang dan jangka waktu pendek. Sedangkan sifat dasar dari investor itu sendiri juga ada dua macam yakni investor yang risk-seeker dan risk-averter. Investor risk-averter cenderung berhati-hati dalam membeli saham. Biasanya tipe investor ini akan melakukan pemesanan order dalam jumlah besar dan berjangka waktu panjang (long term horizon). Hal yang kontras akan berlaku untuk tipe investor yang risk-seeker karena mereka lebih berani mengambil resiko.
Penelitian-penelitian tentang perilaku pasar saham beserta pelakunya telah banyak dilakukan dengan tujuan dan kepentingannya masing-masing. Salah satu studi yang telah banyak dilakukan berkaitan dengan perilaku pelaku pasar adalah studi tentang bid-ask spread harga saham khususnya yang berkaitan dengan faktor penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Pada penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan, Demsetz (1968) dan Treynor (1971) dalam Lenny dan Indriantoro (1999) telah menguji pentingnya biaya transaksi terutama bid-ask spread terhadap keputusan investasi dengan menghubungkan antara spread dengan transaction cost yang memprediksikan bahwa asset yang memiliki spread yang lebih besar menghasilkan expected return yang lebih tinggi pula dan bahwa terjadi efek clintele dimana investor dengan holding period yang lebih lama memilih aset yang memiliki spread besar. Hasil dari penelitian tersebut adalah expected return meningkat seiring dengan holding period dan konsekuensinya aset yang memiliki spread besar menghasilkan net return yang lebih besar kepada pemegangnya. Akibatnya investor mengharapkan holding period yang panjang dapat menahan aset yang memilki spread besar.

Setelahnya juga telah dilakukan berbagai studi yang berhubungan dengan faktor penentu bid-ask spread oleh Tinic (1972), Benston dan Hagerman (1974) dan Stoll (1978) dalam Lenny dan Indriantoro (1999). Selain itu Branch dan Freed (1977), Hamilton (1976) dan Marsh dan Rock (1986) dalam Lenny dan Indriantoro (1999) juga menulis artikel tentang besarnya bid-ask spread di berbagai pasar. Selanjutnya Stoll dan Whaley (1983), Keim (1989) dan Atkins dan Dyl (1990) dalam Lenny dan Indriantoro (1999) meneliti peran bid-ask spread dalam penjelasan terhadap anomali pasar modal. Dari keseluruhan penelitian di atas sampailah pada kesimpulan sementara bahwa bid-ask spread yang menyebabkan clientele effect, yang berarti bahwa bid-ask spread mempengaruhi frekuensi perdagangan dan menyebabkan investor mengharapkan untuk menahan lebih panjang (pendek) aset yang memiliki biaya transaksi yang lebih tinggi (rendah). 

Studi yang pernah dilakukan Atkins dan Dyl (1997) dalam Subali dan Zuhroh (2002) menginvestasi tentang pengaruh transaction cost yang dicerminkan oleh bid-ask spread terhadap holding period. Studi tersebut didasarkan pada teori yang disimpulkan Amihud dan Medelson (1986) dalam Subali dan Zuhroh (2002) yang menyatakan bahwa aset dengan transaction cost yang tinggi akan ditahan lebih lama oleh investornya dan sebaliknya.

Hasil studi Atkins yang dilakukan pada New York Stock Exchange dan Nasdaq periode 1975 sampai 1991 menghasilkan kesimpulan yang sama, selain itu hubungan yang lebih kuat antara kedua variabel tersebut terjadi pada Nasdaq yang memiliki spread yang lebih besar. Dari hasil kedua studi tersebut semakin meyakinkan bahwa transaction cost yang dicerminkan oleh bid-ask spread memang mempengaruhi keputusan investor dalam menentukan masa kepemilikan sahamnya.

Sedangkan penelitian tentang penurunan fungsi bid-ask spread sebagai fungsi dari cost dilakukan oleh Stoll dan Miller (1989) dalam Subali dan Zuhroh (2002). Studi tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa bid-ask spread merupakan fungsi dari tiga komponen biaya yaitu inventory holding cost, order processing cost dan advers information cost dengan komposisi berturut-turut 0.1 spread, 0.47 spread, dan 0.43 spread yang artinya jika nilai keseluruhan dari spread adalah 100%, maka komposisi dari ketiga komponen biaya tersebut adalah berturut-turut 10%, 47% dan 43%.

Di Indonesia penelitian tentang spread juga pernah dilakukan Lenny dan Indriantoro (1999). Studi tersebut menginvestigasi apakah di Bursa Efek Jakarta biaya transaksi yang dicerminkan oleh bid-ask spread yang tertentu mempengaruhi keputusan investor dalam menentukan masa kepemilikan sahamnya. Hasil studi tersebut ternyata menghasilkan kesmpulan yang berbeda dengan penemuan Atkins. Lenny menyimpulkan bahwa di BEJ, transaction cost tidak berpengaruh secara signifikan terhadap holding period, tetapi hanya variabel market value saja yang merupakan cerminan dari besarnya ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan investor dalam menentukan masa kepemilikan sahamnya. Perbedaan kesimpulan tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan kondisi pasar modal yang diobservasi. Atkins menggunakan NYSE dan Nasdaq Stock Exchange yang relatif lebih berkembang dan efisien dari BEJ.

Keinginan seorang investor untuk menyimpan sejumlah dananya dalam saham suatu perusahaan tertentu, dalam waktu tertentu, selain berdasarkan pada faktor makro ekonomi, menurut Lenny dan Indriantoro (1999) juga dapat dipengaruhi oleh faktor Bid-Ask Spread, yaitu selisih antara harga tawaran jual dengan harga tawaran beli, Market Value yaitu nilai pasar dari saham perusahaan yang diperjual-belikan, dan Risk of Return Saham yaitu gambaran mengenai volatilitas (fluktuasi) harga saham pada periode tertentu. Studi yang pernah dilakukan oleh Atkins dan Dyl (1997) dalam Miapuspita et al. (2003) menghasilkan kesimpulan spread yang merupakan fungsi dari transaction cost, market value yang mencerminkan ukuran perusahaan dan variance return yang menunjukkan volatilitas (fluktuasi harga) saham akan mempengaruhi keputusan investor untuk menahan sahamnya.

Hasil penelitian USA oleh Atkins dan Dyl (1997) dalam Setyawan (2008) menyimpulkan bahwa biaya transaksi akan lebih rendah untuk saham-saham yang diperdagangkan dalam jumlah lebih besar. Dalam penelitian tersebut, mereka menyajikan bukti empiris bahwa jumlah atau volume perdagangan berhubungan secara terbalik (resiprokal) terhadap biaya transaksi. Artinya bahwa apabila jumlah atau volume perdagangan makin besar maka biaya transaksi akan makin rendah. Dan sebaliknya bila jumlah atau volume perdagangan makin kecil maka biaya transaksi akan makin tinggi.

Kesimpulan umum dari penelitian Atkins dan Dyl (1997) dalam Setyawan (2008) yaitu bahwa semakin tinggi biaya transaksi dalam dealer auction market maka akan semakin lama investor tersebut menahan atau memegang saham yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena investor via dealer berupaya menetapkan ask price melebihi bid price, dimana dalam ”dealer auction market”, ask price maksimum akan terbentuk dalam periode yang cukup panjang. Selain itu investor sudah menanggung biaya order transaksi yang tinggi, maka sebagai kompensasinya dia akan menahan saham yang baru dibeli lebih lama lagi. Saham yang diperoleh dengan biaya transaksi tinggi amat berharga dimata pemegangnya. Pandangan ini semakin diperkuat oleh Huang dan Wei (2002) dalam Setyawan (2008) yang menemunkan motif amortisasi saham-saham yang ber-spread tinggi dibalik lamanya holding period.

Hasil penelitian diatas ternyata didukung juga oleh penelitian Lenny dan Indriantoro (1999) di Indonesia. Dengan demikian ada bukti konsistensi tentang hubungan antara transaction cost dan holding period baik untuk sampel penelitian di USA maupun di Indonesia. Lenny dan Indriantoro (1999) memakai model 2SLS (Two Stages Least Square) dengan alasan karena adanya holding period dan bid-ask spread berhubungan secara simultan. Walaupun sebenarnya hal ini berlawanan dengan logika teoritis dan praktis. Mengingat holding period adalah tujuan yang ingin dicapai investor dengan memanfaatkan saham-saham dengan bid-ask spread tinggi. Sehingga pola hubungan yang lebih relevan adalah regresif bukan simultan.

Lenny dan Indriantoro (1999) memakai sampel observasi seluruh saham teraktif (LQ 45) listing di BEJ periode 1995-1996. Sementara Subali dan Zuhroh (2002) memakai sampel observasi sebesar 50 saham paling liquid di BEJ periode semesteran tahun 2000. Perbedaan sampel observasi antara keduanya tidak menyebabkan hasil analisa data yang berbeda. Artinya tetap mendukung Atkins dan Dyl (1997). Dengan demikian, dari penelitian Lenny dan Indriantoro (1999) & Subali dan Zuhroh (2002) memperlihatkan gambaran adanya kemungkinan investor di BEJ telah mulai memperhitungkan transaction cost (bid-ask spread) dalam berinvestasi saham.

Penelitian terbaru tentang adanya hubungan antara bid-ask spread, market value dan volatilitas harga dilakukan oleh Setyawan (2008). Hasil dari penelitian Setyawan (2008) adalah bahwa market value dan volatilitas harga berpengaruh positif signifikan terhadap holding period, sedangkan variabel bid-ask spread berpengaruh positif tidak signifikan terhadap holding period. 

Dari beberapa uraian diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui pengaruh bid-ask spread, market value, risk of return saham dan volatilitas harga baik secara simultan maupun parsial terhadap holding period dan untuk mengetahui variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap holding period. Penelitian ini meneruskan penelitian sebelumnya. Dalam penelitian replikasi terdapat perbedaan tahun penelitian, penambahan variabel maupun pengurangan variabel penelitian, atau bisa pula perbedaan obyek penelitian. Pada penelitian ini, penulis meneruskan penelitian yang dilakukan oleh Roni Setyawan. Judul penelitian Roni Setyawan adalah ”Pengaruh Bid-ask Spread, Market Value & Volatilitas Harga terhadap Holding Period Saham-saham LQ45 Tahun 2003-2005.” 

Sampel dalam penelitian Roni Setyawan adalah saham-saham LQ 45 yang konsisten selama periode 2003-2005. Dipilih LQ 45 karena ada dugaan LQ 45 di-hold untuk cukup lama oleh risk-averter investors. Setelah dilakukan investigasi pada Jakarta Fact Book 2004-2006, didapat 25 sampel final. Duapuluh lima sampel ini kemudian menghasilkan 75 data observasi secara pooling.

Hasil dari penelitian Roni Setyawan bahwa dari hasil statistik deskriptif, hampir semua data menunjukkan gejala volatilitas yang tinggi kecuali Ln MV. Fenomena ini dapat diartikan sebagai karakteristik unik dari saham LQ 45 yang demikian likuid dan aktif. Dari 74 observasi setelah TSPC pada tahun 2005 dikeluarkan karena memiliki nilai HP yang sangat ekstrim, rata-rata HP sekitar 4.591. Implikasinya para investor di BEJ rata-rata menahan saham LQ 45 selama 4-5 tahun. Kemudian besarnya bid-ask spread secara rata-rata masih cukup wajar dalam kisaran 1.5 - 2%. Artinya sulit diterima bila kisaran bid-ask spread melebihi tick-price terkecil yakni Rp. 1,-.

Pada penelitian ini, penulis ingin meneruskan penelitian tentang hubungan antara variabel bid-ask spread, market value, dan volatilitas harga dengan holding period berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan diatas. Pada studi ini, penulis juga memasukkan variabel tambahan risk of return saham yang merupakan standar deviasi dari return realisasi, yang pada penelitian terdahulu variabel tersebut terbukti berpengaruh terhadap holding period. Sampel observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah saham-saham LQ 45 yang konsisten selama periode 2005-2007.

Hasil statistik deskriptif yang telah dilakukan oleh penulis dari data saham-saham LQ 45 selama periode 2005-2007 dengan sampel sebanyak 84 perusahaan, rata-rata holding period sekitar 2,482. Implikasinya para investor di BEI rata-rata menahan saham LQ 45 selama ±2 tahun. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Atkin & Dyl (1997) dimana angka holding period sebesar 7-8 tahun sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Roni Setyawan rata-rata saham di hold selama 4-5 tahun. Fenomenanya dari tahun ke tahun lamanya investor dalam menahan sahamnya di pasar bursa mengalami penurunan.

Motivasi replikasi penulis adalah karena topik penelitian tentang hubungan antara variabel-variabel diatas dengan holding period masih jarang dilakukan dan penulis melihat potensi pentingnya hubungan antara variabel-variabel diatas dengan holding period sebagai salah satu kontributor bagi perkembangan literature market microstructure di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh bid-ask spread, market value, risk of return saham, dan volatilitas harga terhadap holding period baik secara serempak dan parsial. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis memberi judul pada penelitian ini yaitu ”Analisis Pengaruh Bid-ask Spread, Market Value, Risk of Return Saham dan Volatilitas Harga terhadap Holding Period Saham-saham LQ 45 Tahun 2005-2007.”



Terima Kasih



READ MORE - ANALISIS PENGARUH BID-ASK SPREAD

Wednesday, April 7, 2010

Analisa Pengaruh Keunggulan Produk

ANALISIS PENGARUH KEUNGGULAN PRODUK, KEGUNAAN PRODUK DAN PROMOSI TERHADAP TINGKAT KESUKSESAN PRODUK EXTRA JOSS DI SEMARANG

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya setiap orang memerlukan suplai energi yang cukup untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Apalagi bagi olahragawan dan pekerja berat. Suplai energi ini berfungsi mengganti ion-ion tubuh yang hilang akibat aktivitas tersebut, karena setelah beraktivitas berat ion-ion yang hilang tersebut tidak segera disuplai, maka seseorang akan kekurangan energi, sehingga menjadi lemas dan kurang bersemangat (http://www.indomedia.com/).

Proses hilangnya ion tubuh dan perlunya suplai ion pengganti merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap orang. Untuk mengganti ion-ion yang hilang itu banyak cara yang bisa dilakukan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan yang dibutuhkan tubuh seperti karbohidrat, vitamin, gula, protein, lemak dan mineral. Zat-zat ini dapat diperoleh dari berbagai makanan dan buah-buahan, serta minum air putih. Namun banyak orang yang lebih suka mengambil jalan pintas untuk menyuplai energi yang hilang tersebut dengan minuman berenergi sebagai sumber tenaga tambahan. Kelebihan produk ini adalah manfaatnya yang cepat terasa karena mengandung zat pemanis yang sangat mudah diserap tubuh. Berbeda dengan gula biasa yang perlu proses agak lama. Sumber lainnya yang juga mempengaruhi kecepatan reaksi adalah kandungan zat stimulan seperti caffein dan taurin. Kedua zat ini berfungsi untuk memperlancar metabolisme tubuh (http://www.indomedia.com/).

Suplai energi atau suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang disuplai dari makanan pokok tidak terpenuhi. Menurut DR. Dr. Saptawati Bardosono, M.Sc (2006), seorang ahli gizi dari Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, terdapat beberapa jenis suplemen, namun yang sering beredar di pasaran pada umumnya dibedakan berdasarkan kategori kegunaannya, yaitu (http://www-archive.com) :

1. Meningkatkan daya tahan tubuh
Suplemen berfungsi untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Namun perlu diingat bahwa suplemen jenis ini hanya membantu, bukan faktor penentu. Meski dikonsumsi terus-menerus, tetap saja akan berisiko terkena penyakit.

2. Meningkatkan kemampuan otak
Suplemen ini berdampak pada kebugaran pada anak, sehingga ia lebih bersemangat dan giat belajar. Namun bila anak tidak belajar, meski minum secara teratur pun mustahil prestasinya tidak akan meningkat.

3. Suplemen makanan
Suplemen hanya membantu dan bukan menggantikan makanan. Demikian pula dalam pemberian vitamin, terutama vitamin A, D, E dan K yang kelebihannya tidak dapat terbuang lewat air seni karena vitamin-vitamin tersebut tidak larut dalam air. Endapannya dalam lemak akan berdampak negatif pada tubuh, salah satunya adalah merusak organ tubuh dan mengganggu fungsinya.

4. Meningkatkan nafsu makan
Suplemen ini dapat meningkatkan nafsu makan, terutama pada anak, walaupun penggunaannya dapat dikonsultasikan dengan dokter.
Oleh karena itu, saat ini banyak konsumen yang melakukan pembelian minuman penambah energy yang dijual bebas di pasaran, baik minimarket, toko kelontong bahkan warung. Akibatnya beberapa perusahaan memproduksi produk minuman energy dengan rasa yang berbeda-beda.
Berikut adalah tabel mengenai merek-merek terkenal untuk Kategori Minuman Penambah Tenaga Cair Semester I Tahun 2009 :

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa merek-merek terkenal untuk Kategori Minuman Penambah Tenaga Cair ditempati Kratingdaeng sebagai yang nomor 1 dengan nilai 38,6% dan Extra Joss menempati ranking no. 2 dengan nilai 24,5%. Besarnya ranking tersebut menunjukkan penjualan di pasaran, semakin tinggi penjulan di pasar, maka semakin besar rangkingnya. Hal ini menunjukkan bahwa Extra Joss dibawah Kratingdaeng.

Alasan Extra Joss dibawah produk merek lain karena mempunyai kelemahan, yaitu adanya efek yang tidak baik pada tubuh bila sering mengkonsumsi minuman berenergi (suplemen), sehingga tidak dianjurkan untuk anak-anak, wanita hamil, menyusui, penderita hipertensi serta tidak dikonsumsi lebih dari 3 kali sehari (karena kadar maksimal kafein per takaran 50 mg) (http://priyadi.net/archives).

Produk Extra Joss termasuk produk baru yang sukses di pasaran. Produk yang sukses di dapat diukur melalui tingkat kesuksesan produk tersebut di pasaran. Tingkat kesuksesan produk merupakan seberapa jauh tumbuhnya minat beli, prioritas produk yang dibeli dan keputusan konsumen untuk membeli kembali varian produk tersebut di waktu yang lain (Komaryatin dan Fauziah, 2006:160). Kesuksesan produk dapat dicapai bila perusahaan memperhatikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, seperti kegunaan produk, keunggulan produk, dan dukungan pemasaran atau promosi. Sukses tidaknya suatu produk dengan salah satu indikasinya yaitu minat membeli merupakan seberapa besar minat seseorang untuk membeli suatu produk. Minat akan melahirkan frekuensi pembelian atau pembelian ulang. Minat pembelian dipengaruhi oleh nilai dari produk yang dievaluasi. Nilai merupakan perbandingan antara kualitas dan keunggulan produk terhadap pengorbanan dalam memperoleh suatu produk atau layanan. Bila manfaat yang dirasakan lebih besar daripada pengorbanan untuk mendapatkannya, maka dorongan konsumen untuk membeli produk tersebut akan semakin tinggi dan berpengaruh pula untuk kembali membeli produk tersebut di waktu lain (Komaryatin dan Fauziah, 2006:156). Bila suatu produk mempunyai nilai di mata konsumen, berarti produk tersebut mempunyai keunggulan di pasaran.

Keunggulan produk merupakan kaitan atribut produk yang terdiri dari kualitas, teknologi, dapat dipercayanya suatu produk baru, hal-hal baru dan keunikannya yang memberikan gambaran lebih konkret dari kemampuan perusahaan untuk memahami, memenuhi kebutuhan pelanggannya (Komaryatin dan Fauziah,2006:158). Perusahaan-perusahaan produsen akan selalu bersaing untuk menciptakan produknya agar lebih unggul, yaitu memiliki diferensiasi dibandingkan pesaingnya. Perusahaan juga harus mampu mengadaptasi siklus hidup produk guna mempertahankan keunggulan produknya dalam dinamika bersaing suatu produk (Komaryatin dan Fauziah,2006:156).

Disamping memiliki keunggulan, suatu produk tentunya harus bermanfaat atau berguna bagi konsumen. Suatu produk yang banyak kegunaannya dapat mempengaruhi keinginan konsumen untuk terus melakukan pembelian. Kegunaan produk adalah derajat kepercayaan konsumen bahwa dalam penggunaan produk atau jasa tertentu akan membawa peningkatan terhadap kinerja pekerjaan (Komaryatin dan Fauziah,2006:157). Pada saat produk baru diluncurkan, konsumen yang tertarik pada produk akan membeli atau mencoba. Keberhasilan produk tersebut di pasar terutama bagi produk yang baru dengan teknologi baru dimana belum ada perusahaan yang menawarkan produk serupa di pasar akan tergantung dari tanggapan atau reaksi konsumen selama mereka menggunakannya. Penilaian konsumen terhadap produk tersebut didasarkan pada kegunaan produk tersebut bagi dirinya, yaitu keyakinan konsumen bahwa dalam penggunaan produk atau jasa tertentu akan membawa peningkatan kinerja aktivitas atau pekerjaannya. Walaupun suatu produk mempunyai keunggulan dan berguna bagi konsumen, bila tidak dipromosikan, produk tersebut tidak sukses di pasaran. Oleh karena itu, suatu produk harus dikenalkan atau dikomunikasikan kepada masyarakat umum.

Promosi adalah seni untuk merayu pelanggan dan calon konsumen untuk membeli lebih banyak produk perusahaan (Tandjung,2004:83). Promosi juga merupakan komunikasi yang efektif terhadap konsumen. Efektivitas komunikasi dan frekuensi komunikasi yang sering antara perusahaan dengan konsumen menimbulkan hubungan yang erat diantara produsen dengan konsumen. Oleh karena itu, perusahaan harus menyadari bahwa hubungan yang terjalin erat dengan konsumen harus tetap terpelihara dengan baik. Adanya komunikasi yang efektif, bukan saja mendorong pembelian, tetapi dapat berpengaruh lebih jauh lagi yaitu menimbulkan loyalitas konsumen, karena konsumen merasa diperhatikan.

Salah satu produk baru yang mempunyai keunggulan (unik), berbeda dari produk lainnya, berguna untuk aktivitas sehari-hari serta dipromosikan secara gencar di berbagai media adalah minuman penambah energy Extra Joss. Saat ini hampir sebagian besar masyarakat di Jawa Tengah umumnya dan Kota Semarang khususnya, sudah mengenal minuman penambah energy Extra Joss bahkan mungkin pernah meminumnya. Dari berbagai lapisan masyarakat tersebut dipilih di Kota Semarang, karena padat penduduknya (antara rumah satu dengan rumah yang lain saling berdekatan), sebagai Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah serta sebagai jalur transitoris antara Jawa Barat dan Jawa Timur.

Di Kota Semarang terdapat banyak Perguruan Tinggi dari berbagai Fakultas, salah satunya adalah Fakultas Ekonomi. Sedangkan dari banyak Perguruan Tinggi tersebut dipilih Kampus di Semarang, karena strategis (di tengah kota, mudah transportasinya dan dekat fasilitas umum) dan sudah dikenal luas. Dari berbagai Fakultas di  Semarang, dipilih mahasiswa Fakultas Ekonomi karena penelitian ini berkaitan dengan mata kuliah manajemen pemasaran, dimana hanya mahasiswa Fakultas Ekonomi saja yang memperoleh mata kuliah manajemen pemasaran.

Berdasarkan uraian di atas mengenai pentingnya memperhatikan suatu produk agar sukses di pasaran, maka perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya, oleh karena itu judul yang dipilih adalah “ANALISIS PENGARUH KEUNGGULAN PRODUK, KEGUNAAN PRODUK DAN PROMOSI TERHADAP TINGKAT KESUKSESAN PRODUK EXTRA JOSS DI SEMARANG ( Studi Pada.............) “.

1.2 Perumusan Masalah
Saat ini banyak beredar minuman berenergi, salah satunya merek Extra Joss. Walaupun mempunyai keunggulan dibandingkan dengan pesaing, langsung dirasakan manfaatnya dan promosinya gencar, namun market sharenya masih dibawah merek lain serta mempunyai kelemahan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan dalam penelitian ini adalah :
  1. Bagaimana pengaruh keunggulan produk terhadap tingkat kesuksesan produk Extra Joss pada mahasiswa?
  2. Bagaimana pengaruh kegunaan produk terhadap tingkat kesuksesan produk Extra Joss pada mahasiswa ?
  3. Bagaimana pengaruh promosi terhadap tingkat kesuksesan produk Extra Joss pada mahasiswa ?
  4. Bagaimana pengaruh keunggulan produk, kegunaan produk dan promosi terhadap tingkat kesuksesan produk Extra Joss pada mahasiswa?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
  1. Untuk menganalisis pengaruh keunggulan produk terhadap tingkat kesuksesan produk Extra Joss pada mahasiswa
  2. Untuk menganalisis pengaruh kegunaan produk terhadap tingkat kesuksesan produk Extra Joss pada mahasiswa.
  3. Untuk menganalisis pengaruh promosi terhadap tingkat kesuksesan produk Extra Joss pada mahasiswa.
  4. Untuk menganalisis pengaruh keunggulan produk, kegunaan produk dan promosi terhadap tingkat kesuksesan produk Extra Joss pada mahasiswa.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis mengenai pengaruh keunggulan produk, kegunaan produk dan promosi terhadap tingkat kesuksesan produk.
2. Bagi akademik
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan memperdalam ilmu pengetahuan serta dapat digunakan sebagai pembanding bagi pembaca yang ingin melaksanakan penelitian di bidang pemasaran
3. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesuksesan produk.
1.5 Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun dalam lima bab yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisi pengertian pemasaran dan bauran pemasaran, pengertian produk, keunggulan produk dan kegunaan produk, pengertian promosi dan tujuan promosi, tingkat kesuksesan produk, penelitian terdahulu, kerangka konseptual dan hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang gambaran umum responden serta analisis data.

BAB V : PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh serta saran yang ingin dikemukakan.

ORDER : PO EKONOMI 004 
Download
READ MORE - Analisa Pengaruh Keunggulan Produk

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KERJA PADA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA SEMARANG

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perusahaan atau Organisasi memiliki sejumlah sumber daya (resources), di antaranya adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia dikatakan sebagai sumber daya yang terpenting, karena manusia sebagai individu bertindak, bekerja sama dan mengarahkan berbagai sumber daya dan sumber dana yang berguna untuk mencapai tujuan Organisasi. Oleh karena itu, tersedianya daya dan dana yang melimpah sekalipun tidak dapat dengan sendirinya menjadikan organisasi sebagai wahana yang andal untuk mencapai tujuan. Walaupun dana dan daya memungkinkan organisasi berbuat sesuatu, akan tetapi sumber daya manusialah yang menyebabkan terjadinya sesuatu itu (Siagian, 2002:129).

Tentang pentingnya kepuasan kerja dalam kalimat :“Betapapun sempurnanya rencana-rencana organisasi dan pengawasan serta penelitiannya, bila mereka tidak dapat menjalankan tugasnya dengan minat dan gembira, maka suatu perusahaan tidak akan mencapai hasil sebanyak yang sebenarnya dapat dicapainya” ( Louis A Allen yang dikutip As’ad 1995:103). Sebenarnya semua jenis perusahaan membutuhkan suatu sistem kerja yang secara serius memperhatikan hal kepuasan kerja para pegawainya, karena menurut (T. Hani Handoko 1995:196) “Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan psikologis dan pada gilirannya akan menjadi frustasi”.

Menurut Strauss dan Syales yang dikutip Handoko (1994 : 196), Kepuasan kerja juga penting untuk aktualisasi diri, karyawan yang tidak mampu memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mengalami kematangan psikologis dan pada gilirannya akan menjadi frustasi akibatnya karyawan seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat rendah, cepat lelah dan bosan, emosi tidak stabil, sering absen dan melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan, Sedangkan karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran yang baik, dan berprestasi kerja yang lebih baik daripada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja.

Robbins (1998) menyimpulkan bahwa seorang pegawai yang puas menyebabkan peningkatan produktifitas karena, berkurangnya kemangkiran, terus bekerjanya seorang pegawai yang baik, dan berkurangnya jumlah perilaku yang merugikan perusahaan. Pegawai yang puas memerlukan lebih sedikit biaya kesehatan dan asuransi jiwa, dan masyarakat umum juga diuntungkan karena kepuasan dalam bekerja akan mempengaruhi kepuasan diluar kerja

Dari uraian Louis A Allen yang dikutip dari (As’ad 1995:103) tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor manusia cukup berperan dalam pencapaian tujuan perusahaan karena karyawan yang puas akan bekerja dengan lebih baik dan produktif, sehingga perusahaan pada akhirnya akan dapat mencapai keunggulan bersaing. Faktor-faktor seperti prestasi, tanggung jawab, promosi, karakter, serta sifat dari pekerjaan itu sendirilah yang merangsang pegawai untuk bekerja lebih baik dan menghasilkan keluaran (out put) yang lebih baik, sedangkan kelompok faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya rasa tidak puas pegawai berupa kebijakan perusahaan, hubungan kerja, suasana kerja, gaji serta sekuritas.

Para peneliti sependapat bahwa kepuasan kerja merupakan suatu pernyataan tentang sikap yang dikemukakan pegawai jika kepada mereka diajukan sejumlah pertanyaan yang antara lain ada kaitannya dengan penentuan promosi, gaji, rekan kerja, pengawasan, dan penilaian prestasi (Robbins:1993, dalam Panggabean:2002). Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja diantaranya supervise, kelompok kerja, isi pekerjaan, ras dan jenis kelamin, serta pendidikan.
Sedangkan (F. Luthans ;1999, dalam Setiawan:2002), menyatakan terdapat lima dimensi dari pekerjaan yang menggambarkan karakteristik terpenting dari satu pekerjaan yang menentukan kepuasan kerja karyawan yaitu Pekerjaan itu sendiri, Gaji, Promosi, Supervisi dan Kolega kerja.

Pekerjaan itu sendiri merupakan sumber kepuasan kerja dan sebagian dari unsur yang memuaskan kerja yang paling penting diungkapkan didalam banyak penelitian adalah pekerjaan yang memberikan status. Kemudian bahwa pegawai cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan ketrampilan dan kemampuannya serta menawarkan beragam tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai seberapa baik mereka bekerja (Robbins, 1996).
Gaji atau Kompensasi yang diterima orang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, dan dengan melihat tingkat upah yang diterimanya orang dapat mengetahui sejauh mana manajemen menghargai kontribusi pekerjaan seseorang dalam organisasi tempat kerjanya, bahwa seseorang bekerja untuk mendapatkan kompensasi yang bersifat finansial, atau karena dengan bekerja mereka akan mendapatkan sumber pendapatan yang akan menentukan status sosialnya atau standar kehidupannya. Semua pegawai menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang adil dan sesuai dengan harapannya, apabila sistem upah diberlakukan secara adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat ketrampilan individu dan standar pengupahan, maka kemungkinan besar akan diperoleh kepuasan kerja, hal ini terbukti banyak orang yang bersedia menerima upah yang lebih kecil untuk bekerja pada lokasi sesuai, misalnya dekat dengan tempat tinggalnya (Robbins, 1996).

Kesempatan mendapatkan promosi, menurut (Luthans dalam Robbins, 1996) bahwa kesempatan promosi jabatan memiliki efek terhadap kepuasan kerja. Hal demikian dikarenakan promosi menggunakan beraneka ragam cara dan memiliki penghargaan yang beragam, misalnya promosi berdasar tingkat senioritas, dedikasi, pertimbangan kinerja. Kebijakan promosi yang adil dan transparan terhadap semua pegawai dapat memberi dampak pada mereka yang memperoleh kesempatan dipromosikan seperti perasaan senang, bahagia dan memperoleh kepuasan atas kerjanya.
Supervisi, kemampuan supervisor dalam memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku pada pegawai dapat menumbuhkan kepuasan kerja bagi mereka, demikian pula iklim partisipatif yang diciptakan oleh atasan pada situasi kerja dapat memberikan pengaruh yang substansial terhadap kepasan kerja pegawai (Luthans dalam Robbins, 1996).

Kolega Kerja, dukungan rekan kerja atau kelompok kerja dapat menimbulkan kepuasan kerja bagi pegawai, karena merasa diterima dan dibantu dalam memperlancar penyelesaian tugasnya sifat kelompok kerja akan memiliki efek terhadap kepuasan kerja. rekan kerja yang ramah dapat mendukung kepuasan bagi pegawai secara individu. Kelompok kerja yang bagus dapat membuat kerja lebih menyenangkan, sehingga kelompok kerja dapat menjadikan support, kesenangan, nasehat, dan bantuan bagi seseorang pegawai (Luthans dalam Robbins, 1996).

Kepuasan kerja atau job satisfication adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan para karyawan memandang pekerjaannya (Handoko 1992;93). Judge dan Locke (1993) menyatakan bahwa tingkat upah secara signifikan mempengaruhi kepuasan kerja. Sementara (Blau;1999) berpendapat bahwa peranan supervisor, kondisi kerja, gaji dan jaminan pekerjaan berpengaruh pada kepuasan kerja. 

Penelitian tentang hubungan kepuasan kerja merupakan sesuatu yang bersifat individual, setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sitem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasaannya terhadap kegiatan tersebut, dengan demikian kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seeorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja.(Rivai: 2004), Jadi pengaruh karyawan yang puas atas pekerjaannya sangat besar sehingga pada akhirnya karyawan dengan sendirinya akan senang hati melakukan pekerjaannya dan berupaya terus menerus meningkatkan kemampuan dan ketrampilan. 

(Menurut Strauss & Syales yang dikutip Handoko 1994 : 1996) Jika kepuasan kerja karyawan meningkat maka perputaran karyawan dan absensi menurun, maka karyawan menjadi professional dalam melaksanakan tugas didalam organisasi, oleh karena itu ketidakpuasan kerja akan memberikan dampak yang merugikan bagi organisasi. Hal ini senada dengan teori yang dikemukakan (Davis Keigth, 1989) Karyawan yang tidak puas akan menyebabkan tingginya turn over, kemangkiran, pencurian dan perbuatan lainnya yang merugikan organisasi. Oleh sebab itu manajer harus berusaha meningkatkan kepuasan kerja karyawannya
Dari variabel-variabel diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini untuk menyelidiki apakah lima variabel diatas mempunyai dampak pengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan. memang hal ini terbilang cukup sederhana namun sangat menantang pengetahuan dan ketelitian ini untuk menganalisa kepuasan kerja.

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Semarang yang bertempat di Jalan Tambak Aji Raya No.5 Semarang adalah sebuah Departemen Pemerintah Kota yang menangani sektor Perhubungan Darat, Laut dan Teknologi Komunikasi dan Informatika, dan melayani Publik Kota Semarang yang sangat vital khususnya, maka dari itu dibutuhkan suatu keseriusan dari para pegawai untuk senatiasa mengerjakan pekerjaanya dengan serius dan disiplin.

Secara garis besar Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Semarang dibagi menjadi 10 Divisi bagian, Dimana divisi bagian Sekretariat membawahi bagian Keuangan, bagian perencanaan dan evaluasi, bagian umum dan kepegawaian. Bidang Perhubungan Laut membawahi bagian Lalu Lintas, bagian angkutan, dan bagian analisis dampak Lalu lintas, Bidang keselamatan sarana dan prasarana membawahi bagian fasilitas dan perlengkapan transportasi, bagian rekayasa, bagian keselamatan dan teknik sarana. Bidang Perparkiran membawahi bagian Penataan dan Pengembangan, bagian Parkir Umum dan Khusus, bagian Pengawasan dan Pengendalian. Bidang Perhubungan Laut dan Darat membawahi bagian Kepelabuhan, bagian Kebandarudaraan, bagian Penunjang Keselamatan. Bidang Kominfo membawahi bagian Komunikasi, bagian Informatika, dan bagian Wasdal Kominfo. Bidang tata usaha UPTD terminal terboyo, bidang tata usaha UPTD terminal penggaron, Dan bidang tata usaha UPTD terminal mangkang (lihat struktur organisasi pada bab IV). Dimana keseluruhan pegawai yang bekerja di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Jl Tambak Aji Raya No 5 Semarang tercatat berjumlah 286 karyawan.
Dilihat dari jumlah pegawai bukan suatu hal yang mudah bagi pihak manajemen untuk memastikan kepuasan kerja tiap pegawai. Kepuasan kerja secara menyeluruh mungkin akan menjadi suatu pekerjaan yang mustahil bagi pihak manajemen seperti di sebut didepan bahwa kepuasan kerja bersifat individual, setiap individu akan mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku dalam dirinya. 

Berikut Tabel 1.1 data persentase absensi karyawan Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika Kota Semarang:
Tahun 2008



Sumber: Bag Umum Dan Kepegawaian Dinhubkominfo
Ket : I : Tidak Masuk Karena Ijin.
S : Tidak Masuk Karena Sakit.
C : Tidak Masuk Karena Cuti.

Tabel 1.1 diatas adalah absensi selama 6 bulan pada tahun 2008. Dilihat dari tabel di atas terlihat bahwa pada bulan April terjadi peningkatan jumlah ketidak hadiran, tetapi pada bulan Juni mengalami peningkatan daripada bulan April, Masalah ini masih ditambah dengan tingkat keterlambatan pegawai yang rata-rata tiap bulannya sekitar 8-10 pegawai, sebagaimana dijelaskan oleh Bpk Sartana, MT selaku Kepala Kepegawaian dan Bagian Umum, bahwa memang pernah ada pemanggilan kepada karyawan-karyawan yang absen dan memberi pengarahan pada bulan Mei 2008, akan tetapi pada bulan Juni terjadi peningkatan kembali ketidakhadiran yang dilakukan pegawai., naik turunnya absensi dan masalah indisipliner seperti masih saja ada karyawan yang datang terlambat kurang lebih 10-15 menit masuk setelah jam istirahat ini dimungkinkan terkait erat dengan inti permasalahan yaitu kepuasan kerja masing-masing pegawai yang kurang diperhatikan oleh pihak manajemen dan kurangnya interaksi komunikasi antara atasan dengan para pegawai. 

Tidak adanya kejelasan peranan pegawai mempunyai implikasi menurunnya kepuasan kerja sehingga secara tidak langsung mempengaruhi kinerja organisasi tersebut dalam menangani kewajibannya. Banyaknya pegawai yang bekerja pada Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika kota Semarang dan juga beragam latar belakang individu dan perbedaan kepentingan atau kepuasan kerja yang dihadapkan dengan tuntutan profesionalitas demi terus menjaga komitmen manajemen untuk selalu memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat, maka kepuasan kerja pegawai perlu lebih diperhatikan Menjaga kepuasan kerja tiap individu dalam organisasi akan menjadi pekerjaan yang sukar bagi pihak manajemen.

Secara teoritis, kepuasan kerja dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti pekerjaan itu sendiri, gaji, promosi, supervisi, dan kolega kerja. Apabila faktor-faktor penyebab kepuasan kerja tersebut dapat dimaksimalkan oleh pihak organisasi, maka dimungkinkan kepuasan kerja pegawai akan tercapai dan kinerja karyawan menjadi meningkat.
Dari uraian diatas maka penulis merasa tertantang untuk mengambil judul pada penelitian ini “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Pada Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika Kota Semarang”.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab dari penelitian ini yaitu:
  1. Bagaimana pengaruh pekerjaan itu sendiri terhadap kepuasan kerja karyawan
  2. Bagaimana pengaruh gaji terhadap kepuasan kerja karyawan
  3. Bagaimana pengaruh promosi terhadap kepuasan kerja karyawan
  4. Bagaimana pengaruh supervisi terhadap kepuasan kerja karyawan
  5. Bagaimana pengaruh kolega kerja terhadap kepuasan kerja karyawan
  6. Bagaimana pengaruh pekerjaan itu sendiri, gaji, promosi, supervisi, kolega kerja terhadap kepuasan kerja karyawan
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk menjawab berbagai permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
  1. Untuk menganalisis pengaruh pekerjaan itu sendiri terhadap kepuasan kerja karyawan.
  2. Untuk menganalisis pengaruh gaji terhadap kepuasan kerja karyawan.
  3. Untuk menganalisis pengaruh promosi terhadap kepuasan kerja karyawan.
  4. Untuk menganalisis pengaruh supervisi terhadap kepuasan kerja karyawan.
  5. Untuk menganalisis pengaruh kolega kerja terhadap kepuasan kerja karyawan.
  6. Untuk menganalisis pengaruh pekerjaan itu sendiri, gaji, promosi, supervisi, dan kolega kerja terhadap kepuasan kerja karyawan.

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa:
  1. Bagi perusahaan yang diteliti, hasil dari penelitian dapat dipakai sebagai referensi untuk lebih memahami faktor-faktor yang menyebabkan berpengaruhnya kepuasan kerja dan menerapkannya sehingga dapat tercapai kinerja yang optimal dan hasil dari penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan referensi untuk lebih teliti dan lebih memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja.
  2. Bagi ilmu pengetahuan sebagai suatu latihan dan sarana yang tepat untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan teoritis kedalam praktik nyata terutama dalam bidang MSDM dan Keorganisasian.
  3. Bagi pembaca, sebagai salah satu informasi yang sekiranya dapat digunakan untuk menambah wawasan untuk lebih analistis dan lebih mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan dalam skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan keguanaan penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menguraikan tentang landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini meliputi variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisikan tentang deskripsi obyek penelitian serta pembahasan mengenai Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Semarang

BAB V : PENUTUP
Bab ini adalah bab yang terakhir dan sekaligus menjadi penutup dari penulisan skripsi ini. Bab ini juga berisi kesimpulan dari hasil penelitian.

ORDER : PO EKONOMI 002
Download
READ MORE - Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Persepsi Akuntan Publik Pria dan Wanita

PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK PRIA DAN WANITA TERHADAP ISU-ISU YANG BERKAITAN DENGAN AKUNTAN PUBLIK WANITA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perbedaan jenis kelamin dalam lingkup pekerjaan kadang-kadang memberikan diskriminasi perlakuan yang berbeda baik terhadap hasil kerja maupun sistem penggajian dan faktor lainnya. Beberapa peneliti melakukan penelitian yang berfokus pada Persepsi akuntan publik wanita dan pria. Perbedaan yang muncul adalah perbedaan aspek dan perhatian.

Praktik akutansi publik telah lama menjadi perhatian dan penelitian-penelitian substansial yang berfokus pada isu-isu mengenai akuntan publik wanita. Hal ini dikarenakan selama 20 tahun terakhir, jumlah wanita yang memasuki profesi akuntan publik telah meningkat secara drastis Trapp et al.(1989) dalam Yvonne (2004). Isu-isu mengenai akuntan wanita yang berprofesi sebagai akuntan publik, sebenarnya tidak terlepas dari masalah gender. Sejarah perjalanan wanita di bidang akuntansi merefleksikan suatu perjuangan panjang untuk mengatasi penghalang-penghalang dan batasan yang diciptakan oleh struktur sosial yang kaku, diskriminasi, pembedaan gender, ketidaksamaan konsep, dan konflik antara rumah tangga dan karir (Ried et al., 1987 dalam Yvonne (2004)).

Gender harus dibedakan dari pengertian dan batasan seks (Fakih,1996) dalam Ayu (1999). Pemahaman dan pembedaan terhadap jenis kelamin sangatlah diperlukan dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persolan ketidakadilan sosial yang menimpa wanita. Hal ini disebabkan karena ada kaitan yang erat antara perbedaan gender (gender differences) dan ketidakadilan gender (gender inequalities) serta kaitannya terhadap ketidakadilan gender dengan struktur ketidakadilan masyarakat secara luas.

Terminologi jenis kelamin mengacu pada status reproduktif dan individual seseorang sebagai pria atau wanita atas dasar genital. Sedangkan gender mengacu pada status legal, sosial dan individual seseorang sebagai pria atau wanita, atau campuran dari keduanya, atas dasar kriteria perilaku fisik. Istilah penting lain yang berkaitan dengan gender adalah stereotip peran gender atau gender role stereotypeI, yaitu keyakinan mengenai karakteristik yang dianggap benar tentang pria dan wanita (Eccles and Hoffman, 1984) dalam Ayu (1999).

Sejarah perbedaan gender antara pria dan wanita terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu terbentukya perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksi secara sosial, kultural, melalui ajaran keagamaan bahkan oleh Negara. Perbedaan gender sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender. Namun, yang menjadi persoalan, ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi pria maupun wanita. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur di mana baik kaum pria dan wanita menjadi korban dari sistem tersebut. Ketidakadilan gender termanifestasi dalam berbagai bentuk ketidakadilan, yakni: marginalisasi, proses pemiskinan ekonomi, subordinasi dalam pengambilan keputusan, stereotyping dan diskriminasi, pelabelan negatif, kekerasan (violence), bekerja lebih panjang dan memikul beban ganda ( Fakih, 1999 dalam Ayu,1999).

Isu mengenai pengaruh gender merebak dan meningkat di lingkungan kerja ketika terjadi perubahan komposisi pekerjaan berdasarkan jenis kelamin di perusahaan. Perubahan komposisi pekerjaan di lingkungan kerja mendorong para manajer untuk mempertimbangkan strategi dalam mengelola pengaruh gender terhadap kinerja personal (Abdurahim, 2000). Sejak tahun 1970-an, komposisi pegawai wanita di lingkungan pekerjaan menunjukkan perkembangan. Pegawai wanita telah banyak menunjukkan keberhasilannya dalam mengkombinasikan antara karir dan keluarga serta memasuki karir profesional pada lingkungan perusahaan didominasi oleh pria seperti profesi akuntan publik, hukum, industri dan perdagangan. Selanjutnya dalam penelitiannya dikatakan bahwa sampai sekarang para pekerja wanita belum menunjukkan keberhasilannya dalam menempati jabatan puncak dalam perusahaan.

Di Indonesia sendiri masuknya wanita di pasar kerja pada saat ini menunjukkan jumlah yang semakin besar, demikian dengan kecendrungan semakin banyaknya wanita karir (Susanne, 2003). Sementara itu, Hasibuan (1996) dalam Yvonne (2004) menyatakan bahwa meskipun partisipasi wanita dalam pasar kerja di Indonesia meningkat secara signifikan namun demikian masih ada diskriminasi dan menjadi masalah besar terhadap pekerja wanita.

Bidang akuntansi publik juga merupakan salah satu bidang yang tidak terlepas dari diskriminasi gender. Dalam suatu studi yang dilakukan oleh Walkup dan Fenzau (1980) dalam Yvonne (2004) dikatakan bahwa 41% dari responden yang mereka teliti yaitu para akuntan publik, merasakan adanya bentuk-bentuk diskriminasi yang telah mempengaruhi karir mereka. Sebaliknya, hanya 21% dari responden yang masih dipekerjakan dalam profesi ini, yang merasakan adanya diskriminasi.

Dalam penelitian ini indikator yang diamati dengan menggunakan kuesioner bertujuan untuk mengetahui pendapat responden mengenai persepsi akuntan publik pria dan wanita terhadap isu-isu yang berkaitan dengan akuntan publik wanita dengan menggunakan akuntan publik yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Yogyakarta. Ketertarikan peneliti memilih kota Yogyakarta sebagai tempat penelitian karena penelitian sejenis sudah banyak dilakukan untuk daerah Semarang sehingga peneliti mencoba melakukan penelitian yang sama untuk daerah Yogyakarta. Selain itu, banyaknya jumlah perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan yang membutuhkan akuntan publik yang dapat memberikan jasa layanan audit mencakup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan historis maka diperlukan keterlibatan akuntan publik yang banyak pula. Sehingga perilaku gender akuntan publik pria dan wanita sangat mempengaruhi persepsi akuntan publik pria dan wanita terhadap isu-isu yang berkaitan dengan akuntan publik wanita. Kantor Akuntan Publik sebagai obyek penelitian yang berada di wilayah Yogyakarta sebanyak 10 Kantor Akuntan Publik sehingga sudah mencukupi dan layak untuk digunakan dalam penelitian. 

Dengan jumlah Kantor Akuntan Publik yang tentunya mempunyai jumlah akuntan publik yang cukup banyak dapat mengakibatkan variasi permasalahan yang mungkin akan muncul pada suatu organisasi. Dengan demikian dapat diketahui pendapat responden mengenai persepsi akuntan publik pria dan wanita terhadap isu-isu yang berkaitan dengan akuntan publik wanita.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis mengambil judul: “ PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK PRIA DAN WANITA TERHADAP ISU-ISU YANG BERKAITAN DENGAN AKUNTAN PUBLIK WANITA

1.2 Perumusan Masalah
Berdasar uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
  1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan publik pria dan persepsi akuntan publik wanita terhadap kesempatan bagi akuntan publik wanita?
  2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan publik pria dan persepsi akuntan publik wanita terhadap perlakuan yang diterima oleh akuntan publik wanita?
  3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan publik pria dan persepsi akuntan publik wanita terhadap penerimaan bagi akuntan publik wanita?
  4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan publik pria dan persepsi akuntan publik wanita terhadap komitmen akuntan publik wanita?
  5. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan publik pria dan persepsi akuntan publik wanita terhadap akomodasi khusus bagi akuntan publik wanita?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
  1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan publik pria dan persepsi akuntan publik wanita terhadap kesempatan bagi akuntan publik wanita .
  2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan yang antara persepsi akuntan publik pria dan persepsi akuntan publik wanita terhadap perlakuan yang diterima oleh akuntan publik wanita.
  3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan publik pria dan persepsi akuntan publik wanita terhadap penerimaan bagi akuntan publik wanita.
  4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan publik pria dan persepsi akuntan publik wanita terhadap komitmen akuntan publik wanita.
  5. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan publik pria dan persepsi akuntan publik wanita terhadap akomodasi khusus kesempatan bagi akuntan publik wanita.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Pihak Manajemen
Diharapkan adanya perilaku dan kebijakan positif yang mempertimbangkan isu-isu sensitif mengenai wanita di bidang akuntansi publik dapat dilakukan bila mereka memahami persepsi staf akuntan publik pria dan wanita mengenai isu-isu tersebut.

2. Bagi Pihak Profesi
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasannya di dalam pengembangan sumber daya manusia yang ada, dikarenakan profesi akuntan publik adalah suatu profesi yang dinamis, sehingga dengan adanya informasi yang telah di terima mengenai persepsi terhadap isu-isu yang berkaitan dengan wanita di profesi ini, diharapkan mampu memperkaya wawasan dan sudut pandang profesi, terutama yang berkaitan dengan akuntan publik wanita.

3. Bagi Kantor Akuntan Publik
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai input atau masukan mengenai persepsi para auditor, baik pria dan wanita terhadap isu-isu yang berkaitan dengan auditor wanita yang nantinya akan mempengaruhi motivasi dan produktifitas kerja.

4. Bagi Peneliti Yang Akan Datang
Penelitian ini mempunyai kegunaan teoritis sebagai referensi pada penelitian yang sejenis, dan dapat mendorong dilakukannya penelitian serupa di masa datang yang diharapkan dapat memperbaiki penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terbagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori-teori dan pendapat-pendapat para ahli berkaitan dengan topik yang diteliti sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian. Landasan teori dan pendapat-pendapat tersebut diambil dari berbagai literatur maupun artikel yang berhubungan dengan penelitian ini. Selain landasan teori dibahas juga tentang kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian yang akan diuji dalam penelitian ini.

BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum obyek penelitian, analisis data dan hasil penelitian tentang obyek penelitian sesuai dengan masalah yang diidentifikasi, analisis permasalahan serta pembahasan masalah berdasarkan data yang tersedia.

BAB V : PENUTUP
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan berdasarkan hasil pembahasan serta saran yang dapat dijelaskan.

KODE : PO EKONOMI 001
Download
READ MORE - Persepsi Akuntan Publik Pria dan Wanita

Kemampuan Prediktif Earnings Dan Arus Kas

KEMAMPUAN PREDIKTIF EARNINGS DAN ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS MASA DEPAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan yang dibuat perusahaan disajikan sebagai informasi yang menyangkut posisi keuangan perusahaan, laporan kinerja, perubahan posisi keuangan dan laporan aliran kas yang bermanfaat bagi para pemakainya, khususnya investor ataupun kreditor dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi.

Keputusan-keputusan ekonomi yang akan diambil oleh para pemakai laporan keuangan membutuhkan evaluasi terlebih dahulu atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba ( kas atau setara kas ), serta kepastian dari hasil tersebut. Para pemakai laporan keuangan dapat mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas ( dan setara kas ) dengan lebih baik jika mereka mendapatkan informasi yang difokuskan pada posisi keuangan, laba, perubahan posisi keuangan dan laporan arus kas perusahaan.

Untuk mencapai tujuan dapat dievaluasi tersebut diatas, maka IAI dalam Standar Akuntansi Keuangan mensyaratkan penyusunan laporan keuangan atas dasar konsep biaya historis (historical cost), pengakuan pendapatan, prinsip matching, dan prinsip pengungkapan secara lengkap, serta asumsi kesatuan usaha, kontinuitas usaha, penggunaan unit moneter dalam pencatatan dalam periode waktu. Sehingga laporan keuangan yang disajikan dapat memenuhi karakteristik kualitatif dapat dipahami, relevan, andal dan dapat dibandingkan. Meskipun kepentingan para pemakai berbeda-beda dan data atau informasi yang dibutuhkan juga berbeda-beda, namun pada tingkat minimum kebutuhan akan data kuantitatif perusahaan yang dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu dan hasil usaha untuk periode yang tertentu pula dapat dipenuhi dalam laporan keuangan tahunan perusahaan.

Sejauh ini laporan keuangan, khususnya neraca dan earnings masih diyakini sebagai alat yang andal bagi para pemakainya untuk mengurangi resiko ketidakpastian dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi. Namun khusus laporan earnings sampai saat ini masih terdapat kontradiksi atas kesimpulan yang dihasilkan berkaitan dengan manfaat isi informasi yang dikandungnya (Syafriyadi, 2000)

Pelaporan keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban manajemen dalam pengelolaan sumber daya perusahaan terhadap berbagai pihak yang terkait dengan perusahaan selama periode tertentu. Menurut SFAC No.1, ada dua tujuan dari pelaporan keuangan yaitu pertama, memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, investor potensial, kreditor dan pemakai lainnya untuk membuat keputusan serupa lainnya. Kedua, memberikan informasi tentang prospek arus kas bersih perusahaan.

Di Indonesia, pelaporan arus kas mulai diwajibkan pada tahun 1994, dengan dikeluarkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 paragraf 01 menyatakan bahwa perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan ( integral ) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan (SAK, 1994).

Salah satu kegunaan informasi arus kas menurut PSAK No. 2 paragraf 03 yaitu meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama (SAK, 1994). Kemampuan arus kas untuk meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi ini merupakan salah satu alasan digunakannya arus kas sebagai sumber informasi oleh investor, selain informasi laba.

Tujuan utama informasi akuntansi yaitu menyediakan informasi yang berguna dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian bakal arus kas perusahaan. FASB dalam SFAC #1 menyatakan bahwa “Tujuan dari pelaporan keuangan merupakan titik tetap – dipengaruhi oleh ekonomi, hukum, politik, dan lingkungan sosial dari tempat laporan itu berada (Supriyadi,1999).

Hasil penelitian Finger (1994) menguji relevansi earnings untuk kemampuannya memprediksi earnings dan arus kas dimasa depan, menyimpulkan bahwa earnings merupakan signifikan sebagai prediktor earnings dimasa depan sampai dengan periode 8 tahun dimuka dan earnings baik digunakan secara parsial maupun bersama-sama dengan arus kas dalam periode jangka pendek ( 1 atau 2 tahun ) merupakan prediktor arus kas yang lebih baik dibandingkan earnings atas arus kas. Ditemukan juga bahwa earnings memberikan isi informasi inkremental dibanding arus kas. Bukti diatas mengindikasikan bahwa memang membantu dalam memprediksi earnings dan cash flow dimasa depan.

Pernyataan dalam FASB (SFAC No. 1, paragraph 43), bahwa laba merupakan prediktor arus kas yang lebih baik dibanding prediktor arus kas itu sendiri.

Hasil penelitian Parawiyati dan Baridwan (1998), dengan memasukkan faktor deflator ( consumer price index ) maupun tanpa faktor deflator, prediktor laba memberikan pengaruh yang lebih besar dalam memprediksi laba dan arus kas untuk periode satu tahun ke depan dibandingkan prediktor arus kas.

Hubungan antara laba dan arus kas yang digunakan merupakan prediktor yang signifikan dari arus kas operasi untuk sebagian besar perusahaan (Catherine A Finger, 1994). Informasi arus kas berguna untuk mengevaluasi perubahan struktur keuangan seperti likuiditas dan solvabilitas serta hubungannya dengan profitabilitas. Foster (1977) serta Watts dan Zimmerman telah menguji secara empirik hubungan laba akuntansi dengan arus kas, menyatakan bahwa proses menghasilkan laba akuntansi menunjukkan proses menghasilkan arus kas sehingga hubungan tersebut memiliki implikasi terhadap perubahan harga saham dihubungkan dengan unexpected earning. Laba dan arus kas merupakan keuntungan investasi modal (benefit of equity investment ).

Watson dan Wells (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa untuk perusahaan yang berlaba, ukuran yang berbasis laba lebih baik dalam menangkap kinerja perusahaan dibandingkan arus kas, sedangkan untuk perusahaan yang merugi baik laba maupun arus kas tidak dapat menangkap kinerja perusahaan dengan baik.
Kim dan Kross (2002) juga membedakan antara perusahaan yang melaporkan laba positif dan laba negative, dan hasilnya menyatakan bahwa hubungan antara arus kas tahun berjalan dengan arus kas masa depan tidak meningkat maupun menurun.

Penelitian ini merupakan replika dari penelitian yang dilakukan oleh Yolanda Dahler Rahmat Febrianto (2006) tentang kemampuan prediktif earnings dan arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan. Replika ini dimaksudkan untuk menguji kembali pengaruh laba dan arus kas terhadap arus kas masa depan dengan menggunakan model regresi linier berganda yaitu uji t dan uji F yang digunakan pada penelitian sebelumnya. Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan laporan keuangan sebagai objek penelitian dengan periode pengamatan tahun 2003 sampai dengan tahun 2006

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka di ambil suatu bahasan dalam pembuatan skripsi ini dengan judul : “ KEMAMPUAN PREDIKTIF EARNINGS DAN ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS MASA DEPAN “ ( studi kasus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2003 - 2006 )

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 
  1. Apakah Laba berpengaruh secara signifikan terhadap arus kas masa depan pada saat perusahaan melaporkan laba
  2. Apakah Arus Kas berpengaruh secara signifikan terhadap arus kas masa depan pada saat perusahaan melaporkan laba
  3. Apakah Laba berpengaruh secara signifikan terhadap arus kas masa depan pada saat perusahaan melaporkan rugi
  4. Apakah Arus Kas berpengaruh secara signifikan terhadap arus kas masa depan pada saat perusahaan melaporkan rugi

1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
  1. Untuk menguji secara empiris pengaruh Laba terhadap arus kas masa depan pada saat perusahaan melaporkan laba
  2. Untuk menguji secara empiris pengaruh Arus Kas terhadap arus kas masa depan pada saat perusahaan melaporkan laba
  3. Untuk menguji secara empiris pengaruh Laba terhadap arus kas masa depan pada saat perusahaan melaporkan rugi
  4. Untuk menguji secara empiris pengaruh Arus Kas terhadap arus kas masa depan pada saat perusahaan melaporkan rugi
1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
  1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam mengembangkan ilmu akuntansi, terutama dibidang pasar modal
  2. Hasil penelitian ini diharapakan dapat melengkapi kajian teoritis dan sebagai bahan pertimbangan penelitian selanjutnya tentang laba dan arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan
2. Manfaat Teknis
  1. Bagi Penulis Dapat menambah wawasan dan pengetahuan di dunia kerja dan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah kedalam dunia kerja nyata.
  2. Bagi Peminat Investasi Dapat memberikan bantuan informasi bagi mereka dalam mengambil keputusan saat melakukan investasi, khususnya investasi saham di BEJ.
  3. Bagi Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan literatur dan informasi bacaan, khususnya bagi mahasiswa.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini merupakan garis besar penyusunan skripsi yang bertujuan memudahkan jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi skripsi. Sistematika skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu: Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan Pustaka, Bab III Metodologi Penelitian, Bab IV Hasil dan Pembahasan, serta Bab V Penutup.

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan beberapa pokok pikiran yang menjadi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II Tinjauan Pustaka, membahas tentang landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka teoritis, dan hipotesis.

Bab III Metode Penelitian, berisi tetang variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

Bab IV Hasil dan Pembahasan, berisi tentang deskripsi objek yang akan digunakan dalam penelitian, analisis data yang telah diambil, dan pembahasan berisi mengenai pengujian hipotesis dan masalah yang dikemukakan.

Bab V Penutup, bab ini merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dan saran yang diberikan penulis dari hasil yang telah didapat dari Bab IV.

ORDER : PO EKONOMI 005
Download
READ MORE - Kemampuan Prediktif Earnings Dan Arus Kas

Saturday, April 3, 2010

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE, REPUTASI AUDITOR, REPUTASI UNDERWRITER TERHADAP INITIAL RETURN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, banyak perusahaan dalam rangka mengembangkan usahanya melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan modal, diantaranya adalah dengan cara utang atau menambah jumlah kepemilikan saham dengan menerbitkan saham baru. Untuk menambah jumlah kepemilikan saham perusahaan dapat dilakukan dengan menjual kepada pemegang saham yang sudah ada, menambah saham yang tidak dapat di bagi, menjual langsung kepada pemilik tunggal atau dengan melakukan penawaran saham kepada masyarakat umum. Proses penawaran sebagian saham kepada masyarakat melalui bursa efek disebut dengan istilah go public. 

Secara mudah, go public merupakan penawaran saham atau obligasi kepada masyarakat umum untuk pertama kalinya. Pertama kali di sini berarti bahwa pihak penerbit pertama kalinya melakukan penjualan saham atau obligasi. Ada beberapa manfaat yang diterima apabila melakukan penawaran umum. Bagi perusahaan, dengan melakukan penawaran umum maka akan dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus. Proses go public relatif lebih mudah dan biayanya juga relatif lebih murah. Dana hasil penawaran umum biasanya digunakan untuk melakukan ekspansi, memperbaiki struktur permodalan. Selain itu melalui go public, emiten sebagai penerbit saham akan dikenal oleh masyarakat, sehingga proses ini dapat dianggap promosi tidak langsung bagi perusahaan maupun bagi produk dan jasa yang dihasilkannya. Dampak lain yang diperoleh adalah meningkatnya citra perusahaan.

Transaksi penawaran umum penjualan saham pertama kalinya terjadi pada pasar perdana (primary market). Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan emiten. Dari hasil penjualan saham tersebut keseluruhannya masuk sebagai modal perusahaan. Walaupun emiten dan underwriter secara bersama – sama mengadakan kesepakatan dalam menentukan harga saham perdana, namun sebenarnya mereka masing – masing mempunyai kepentingan yang berbeda. Sebagai pihak yang membutuhkan dana, emiten menginginkan harga perdana yang tinggi. Karena dengan harga perdana yang tinggi emiten berharap akan segera merealisasikan rencana proyeknya. Dilain pihak underwriter sebagai penjamin emisi berusaha untuk meminimalkan resiko yang ditanggungnya. Dalam tipe penjaminan full comitment , pihak underwriter akan membeli saham yang tidak terjual di pasar perdana. Keadaan ini membuat underwriter tidak berkeinginan untuk membeli saham yang tidak laku terjual........

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini jelas, maka perlu dilakukan pembatasan masalah yang akan memudahkan dalam pengambilan sampel dan penelitian. Maka peneliti memberi batasan masalah pada penelitian ini adalah perusahaan yang Listing di BEJ dan mengalami underpricing pada tahun 2001 – 2007.

1.2.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan Uraian sebelumnya pada latar belakang masalah, maka peneliti mencoba merumuskan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Initial return ?
2. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap Initial return ?
3. Apakah Leverage berpengaruh terhadap Initial return ?
4. Apakah Reputasi Auditor berpengaruh terhadap Initial return ?
5. Apakah Reputasi Underwriter berpengaruh terhadap Initial return ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pada studi pasar modal yang berkaitan dengan IPO yang terkait dengan Initial return.
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang berhubungan dengan pasar modal, khususnya yang berhubungan dengan Ukuran perusahaan, Profitabilitas, leverage, reputasi auditor, reputasi underwriter terhadap Initial return.
1.4.2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini selain mempunyai kegunaan teoritis juga mempunyai kegunaan praktis, yaitu:
1. Bagi para investor
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan referensi dalam menilai dan menganalisis kondisi perusahaan yang dicerminkan dari ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, Reputasi auditor, Reputasi Underwriter , Sehingga dapat mengambil keputusan secara tepat yang nantinya dapat menguntungkan bagi investor.
 2. Bagi Emiten
Penelitian ini diharapkan dapat di jadikan sebagai pertimbangan bagi calon emiten dalam mempertimbangkan keputusan akan IPO agar dapat mendapatkan Initial return yang besar.
1.5. Hipotesis
Dari arti kata, hipotesis berasal dari 2 penggalan kata, “ hypo “ yang artinya “ dibawah “ dan “ thesa “ yang artinya “ Kebenaran “. Jadi Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul ( Suharsimi, 2006 ). Berdasarkan pada penelitian sebelumnya dan permasalahan yang ada, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ukuran Perusahaan
Ukuran besar kecilnya suatu perusahaan dapat ditentukan oleh beberapa hal, antara lain dengan total asset, total penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total asset. Sehubungan dengan total asset, apabila perusahaan memiliki total asset yang besar maka hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mencapai tahap kedewasaan. Carter et al (1998) dalam Misnen (2004), Helen (2005) menyatakan bahwa Perusahaan yang besar umumnya lebih dikenal masyarakat, sehingga informasi mengenai prospek perusahaan besar lebih mudah diperoleh investor daripada perusahaan kecil. Tingkat ketidakpastian yang akan dihadapi oleh calon investor mengenai masa depan perusahaan emiten dapat diperkecil apabila informasi yang diperoleh banyak. Sehingga dapat dibuat hipotesis

Ha1. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap Initial return
............

1.6. Definisi Konsep
Definisi konsep adalah suatu definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Masri dan Sofian, 1995). Robert Ang, 1997 menyatakan bahwa konsep merupakan penjabaran pengertian dari variabel – variabel yang digunakan berdasarkan pendapat pakar dalam suatu teori, sehingga dapat memberikan gambaran mengenai topik penelitian. Konsep – konsep yang akan dikemukakan dalam penelitian ini berkaitan dengan variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini, variabel tersebut antara lain :
1. Initial return
.............
.............

1.7. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah sutu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Masri dan Sofian efendi, 1995). Dari informasi tersebut akan dapat mengetahui bagaimana caranya pengukuran atas variabel itu dilakukan. Dengan demikian akan dapat menentukan apakah prosedur pengukuran yang sama akan dilakukan atau diperlukan prosedur pengukuran yang baru. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Initial return
.............
.............

1.8. Kerangka Pemikiran
Perusahaan untuk mengembangkan usahanya melakukan berbagai cara salah satunya dengan melakukan penawaran umum atau biasa disebut dengan go public. go public merupakan penawaran saham atau obligasi kepada masyarakat umum untuk pertama kalinya. Pertama kali di sini berarti bahwa pihak penerbit pertama kalinya melakukan penjualan saham atau obligasi. Transaksi penawaran umum penjualan saham pertama kalinya terjadi pada pasar perdana (primary market). Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder (Secondary Market). Untuk dapat menetapkan harga saham perdana biasanya dilakukan oleh emiten dan underwriter. Walaupun emiten dan underwriter secara bersama – sama mengadakan kesepakatan dalam menentukan harga saham perdana, namun sebenarnya mereka masing – masing mempunyai kepentingan yang berbeda. Sebagai pihak yang membutuhkan dana, emiten menginginkan harga perdana yang tinggi. Dilain pihak underwriter sebagai penjamin emisi berusaha untuk meminimalkan resiko yang ditanggungnya. Dalam tipe penjaminan full comitment , pihak underwriter akan membeli saham yang tidak terjual di pasar perdana. Keadaan ini membuat underwriter tidak berkeinginan untuk membeli saham yang tidak laku terjual. 

Tahapan lain yang perlu dilakukan oleh emiten sebelum go public adalah pihak emiten harus terlebih dahulu membuat prospektus perusahaan yaitu informasi mengenai perusahaan secara mendetail secara ringkas yang diumumkan di media massa. Prospektus ini berfungsi untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada calon investor, sehingga dengan adanya informasi maka investor bisa mengetahui prospek perusahaan di masa mendatang, dan selanjutnya tertarik untuk membeli sekuritas yang diterbitkan emiten (tandellin, 2001) dalam (Hari guntoro, 2005 ). Didalam prospektus tersebut terdapat laporan keuangan perusahaan yang berisi tentang besarnya asset perusahaan, Profitabilitas dan Utang perusahaan dua tahun sebelum perusahaan tersebut go public. Aktiva disini adalah keseluruhan besarnya sumber – sumber yang dikuasai oleh perusahaan dan masih memberikan kemanfaatan dimasa yang akan datang. Aktiva tersebut terdiri atas aktiva lancar, investasi, aktiva tetap, dan aktiva lain – lain (Slamet, 1999). Sehubungan dengan total asset, apabila perusahaan memiliki total asset yang besar maka hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mencapai tahap kedewasaan. Kecilnya dana untuk investasi menyebabkan deviden kepada pemegang saham besar dan berkaitan dengan prospek perusahaan. Investor tentunya akan lebih tertarik untuk menawarkan modalnya pada perusahaan yang punya prospek baik dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya aktiva yang dimiliki oleh perusahaan mempunyai kemampuan dalam memprediksi initial return.

Rasio ROA merupakan rasio yang terpenting dalam profitabilitas perusahaan. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa yang akan datang ditunjukkan dengan profitabilitas perusahaan yang tinggi dan laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai perimbangan dalam menanamkan modalnya. Profitabilitas yang tinggi suatu perusahaan mengurangi ketidakpastian bagi investor sehingga menurunkan tingkat underpricing (Kim et al.1993). Wart dan Zimmerman (1990) menyatakan bahwa prestasi keuangan, khususnya tingkat keuntungan, memegang peranan penting dalam penilaian prestasi usaha perusahaan dan sering digunakan sebagai dasar dalam keputusan investasi, khususnya dalam pembelian saham. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan mempunyai kemampuan dalam memprediksi initial return.
Financial Leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa besar dana yang diperoleh dari hutang digunakan oleh perusahaan atau seberapa banyak asset perusahaan yang dibelanjai dengan hutang. Tingkat kewajiban yang tinggi menjadikan pihak manajemen perusahaan menjadi lebih sulit dalam memprediksi jalannya perusahaan ke depan. Para investor dalam melakukan keputusan investasi, tentu akan mempertimbangkan informasi financial leverage Dengan adanya laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan, maka akan membantu pihak investor untuk dapat meramalkan ketidakpastian dalam IPO. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya leverage yang dimiliki oleh perusahaan mempunyai kemampuan dalam memprediksi initial return.

Selain menetapkan harga saham perdana, emiten juga mencari profesi penunjang dan lembaga penunjang untuk menyiapkan kelengkapan dokumen. Profesi penunjang adalah Akuntan publik (auditor Independen). Auditor juga memegang peranan penting dalam proses go public yaitu sebagai pihak yang ditunjuk oleh perusahaan, yang melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan sebagai calon emiten.
(Dian, 2004). Pendapat wajar tanpa syarat dari auditor bereputasi baik berperan dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat atas keakuratan informasi yang disajikan dalam prospektus sebagai dasar analisis untuk pengambilan keputusan investasi. Hal ini menunjukkan bahwa reputasi auditor yang dimiliki oleh perusahaan mempunyai kemampuan dalam memprediksi initial return.

Dalam rangka go public perusahaan juga harus mempersiapkan lembaga penunjang yang lain yaitu underwriter. Underwriter merupakan pihak perantara antara pihak yang melakukan IPO yaitu emiten dengan pihak yang akan membeli saham yaitu investor. Underwriter merupakan salah satu pihak yang bertanggungjawab atas berhasil tidaknya perusahaan dalam melakukan IPO. Reputasi underwriter diduga berkaitan erat dengan adanya underpricing, banyaknya informasi yang dimiliki oleh penjamin emisi mengenai pasar, harga, dan waktu penjualan akan menimbulkan posisi yang kuat bagi penjamin emisi untuk melakukan negosiasi harga saham pada penawaran perdana ( Dian, 2004 ).

Berdasarkan pada penelitian sebelumnya, maka untuk lebih memperjelas dari keterangan diatas maka akan digambarkan pada gambar 1.1.

ORDER : PO EKONOMI 003
Download
READ MORE - Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas

Cari Skripsi, Artikel, Makalah, Anti Virus

Custom Search