Software Anti Virus

Friday, April 2, 2010

Reaksi Imun terhadap Kerusakan Jaringan

Reaksi Imun terhadap Kerusakan Jaringan - Peran sel glia dan glutamate pada patologi nyeri kronik neuropatik telah terbukti. Sel glia disamping sel pendukung neuron juga berperan sebagai sel yang menyekresi neurotransmiter asam amino eksitatorik misalnya glutamat. Glutamat ini akan berpasangan dengan reseptor N-metil-D-aspartat (NMDA) dan α-amino-3-hidroksi-5-metil-4-isoksasolproprionat (AMPA) pada postsynaptic yang mengakibatkan tanda-tanda patologi spesifik dari nyeri neuropatik. Selain itu sel glia merupakan komponen sel imun di otak yang memproduksi mediator inflamasi sebagai reaksi terhadap adanya antigen baik yang berasal dari eksternal maupun internal otak sebagai akibat kerusakan jaringan saraf. Di daerah dimana terjadinya kerusakan jaringan sistem imun disekitarnya akan menjadi aktif dan terjadinya proses regenerasi non-neuronal element seperti sel Schwann, histamin neutrofil dan makrofag serta sel T yang sekaligus menyekresi mediator proinflamasi (TNF-{alpha}, IL-1{beta}, IL-6, CCL2, histamin, PGE2, dan NGF). Nyeri patologik merupakan reaksi tubuh terhadap kerusakan jaringan tubuh atau jaringan saraf baik di perifer maupun di sentral yang bisa dimediasi oleh sistem imun. Reaksi imun akan muncul jika jaringan secara langsung kontak atau terpapar dengan antigen berupa mikroorganisme, toksin, bahan kimia, termal yang mengakibatkan terjadinya inflamasi. Kejadian ini memberikan reaksi berupa peningkatan suhu tubuh, perubahan kadar ion-ion di plasma, perubahan komposisi darah seperti peningkatan jumlah leukosit, menjadi sakit atau merasa nyeri. Reaksi selanjutnya bisa terjadi perubahan perilaku, perubahan reaksi hormonal misalnya meningkatnya aktivitas aksis HPA serta hormon-hormon simpatetik. 

Reaksi nyeri terhadap aksis sistem imun otak akan menginisiasi mediator proinflamasi melalui sel-sel imun yang teraktivasi. Pada proses inflamasi, akibat kerusakan jaringan maka leukosit akan bermigrasi ke jaringan tersebut. Leukosit ini bisa menyekresi peptida opioid yang selanjutnya berikatan dengan reseptor opioid pada ujung saraf terminal di daerah yang terinflamasi tersebut. Tujuannya adalah untuk menghilangkan nyeri inflamasi. Migrasi leukosit ini dikontrol oleh kemokin dan molekul adesi. Kelompok neurokin seperti substansi P (SP) juga berperan dalam distribusi nyeri karena sinyal nyeri akan menyebabkan sekresi SP serta asam amino eksitatorik. Aktivitas reseptor natural killer-1 (NK-1) oleh SP dan reseptor AMPA oleh asam amino eksitatorik menyebabkan terrjadinya depolarisasi pada elektrik potensial. Timbulnya rasa sakit merupakan respons dari komunikasi antara sistem imun dengan otak ditandai oleh sekresi mediator proinflamasi sitokin akibat sel imun yang teraktivasi. Beberapa diantara mediator proinflamasi antara lain NGF, NO, pros¬tanoid, bradikinin, IL-1, IL-6 dan TNF dan histamin. Neutrofil adalah sel inflamasi yang paling cepat memasuki jaringan yang mengalami cedera. Kerusakan jaringan saraf perifer ataupun kerusakan jaringan lainnya mengakibatkan makrofag teraktivasi dengan demikian akan menyekresi sitokin proinflamasi (lihat gambar). Inilah yang terjadi sepanjang proses degenerasi Walerian oleh sel Schwann. Selain itu sel T dan sel B juga menyekresi mediator inflamasi sitokin yang berkontri¬busi untuk innate imunity.

Susunan saraf pusat dan saraf perifer termodulasi akibat kerusakan jaringan atau cedera, inflamasi, yang bisa mengakibatkan nyeri neuropatik. Mekanisme nyeri neuropatik di perifer muncul berupa a) ectopic discharges dan ephatic condition, b) pertumbuhan sprouting kolateral, c) coupling antara sistem saraf sensorik dengan saraf simpatetik. Coupling ke saraf simpatetik diakibatkan oleh kerusakan jaringan saraf di mana dalam proses regenerasi bertumbuh menyimpang dari jalur anatomik aslinya. Pada bagian sentral ditemukan beberapa perubahan antara lain a) terjadinya reorganisasi secara anatomik dari sumsum tu¬lang belakang, b) hipereksitabilitas dari sumsum tulang serta c) peru¬bahan pada sistem opioid endogen.

Sistem Imun dengan Susunan Saraf Pusat
Imunosit akan bermigrasi dari sistem sirkulasi ke jaringan yang men¬galami inflamasi melalui beberapa tahapan seperti rolling, adhesion, dan transmigrasi lewat dinding pembuluh darah. Proses ini berjalan atas keberadaan intracellular adhesion molecule–1 (ICAM-1) pada leukosit dan lapisan endotelium pembuluh darah. ICAM-1 merupakan perantara atau stimulasi produksi opioid yang seterusnya mengakibatkan analgesia terhadap nyeri yang diakibatkan oleh inflamasi. Ada beberapa mekanisme masuknya sitokin ke jaringan otak untuk mencapai reseptornya di otak antara lain 1) transport secara aktif, 2) masuk ke dalam otak di mana tidak ditemukan sawar darah otak, 3) melalui ikatan dengan reseptor di dinding pembuluh darah yang kesemuanya ini akan mengubah aktivitas neuron.

Sistem Imun sebagai Induksi Nyeri
Beberapa penelitian yang berkembang terakhir ini terutama mengenai hubungan nyeri dan sistem imun yakni dengan ditemukannya mediator inflamasi seperti TNF, IL-1, IL-6, NGF dan prostaglandin E2 pada eksudat inflamasi.20 Mediator ini bisa mengakibatkan nyeri berupa hiperalgesia. Pada hewan percobaan, hiperalgesia dapat dipicu dengan penyuntikan lipopolisakarida ke peritoneum yang selanjutnya diketahui bahwa lipopolisakarida ini akan menstimulasi makrofag untuk menyekresi proinflamasi sitokin.

Seperti telah disebutkan di atas beberapa mediator proinflamasi seperti NGF, NO, IL-1, IL-6 dan TNF akan disekresi oleh sistem imun sebagai reaksi akibat kerusakan atau cedera sel. Mediasi proinflamasi ini akan menimbulkan nyeri. Pada hewan percobaan dengan pemberian NGF secara sistemik akan mengakibatkan hiperalgesia dan sebaliknya dengan memberikan antagonist akan menghilangkan hipe-ralgesia tersebut. Ditemukan juga bahwa sekitar 50% afinitas reseptor NGF (reseptor tirosin kinase A, TrkA) merupakan gen ekspresi nosiseptor seperti brain-derived neurotrophic factor (BDNF) dan substansi P yang kesemuanya akan berperan dalam terjadinya nyeri. NO merupakan mediator penting atas terjadinya hiperalgesia yang diinduksi oleh jaringan yang terinflamasi. Hal ini dibuktikan dengan memberikan antagonis NO akan menghilangkan hiperalgesia.27 Demikian juga IL-1 berpotensi sebagai mediator proinflamasi pada nyeri neuropatik. Pemberian antagonist IL-1 akan menurunkan perilaku nyeri neuropatik pada hewan percobaan tersebut. Walaupun demikian mekanisme aksi dari IL-1 di perifer masih belum jelas. Kemungkinan mekanisme-nya adalah adanya sinyal kaskade yang kompleks yang akan mengarah pada produksi komponen pronosiseptif atau sel Schwann. TNF juga merupakan mediator proinflamasi yang diduga berperan dalam terjadinya nyeri neuropatik. Hal ini dibuktikan adanya korelasi antara ekspresi TNF dengan alodinia atau hiperalgesia pada nyeri neuropatik. Terjadinya alodinia atau hiperalgesia bisa diperberat dengan menambahkan TNF sementara dengan memberikan antagonis TNF akan memperingan alodinia dan hiperalgesia.

Daftar Pustaka:
http://skripsi-artikel-makalah.blogspot.com/2010/04/reaksi-imun-terhadap-kerusakan-jaringan.html

No comments:

Post a Comment

Cari Skripsi, Artikel, Makalah, Anti Virus

Custom Search