Software Anti Virus

Thursday, April 15, 2010

Alkitab Sebagai Firman Allah

MAKALAH AGAMA
TENTANG
“ ALKITAB SEBAGAI FIRMAN ALLAH YANG BERKUASA ”

PENDAHULUAN

Allah adalah firman Allah. Firman tersebut telah terdokumentasikan sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah kitab yang lengkap, yang dikumpulkan dari teks-teks kuno yang kanonik.

Alkitab bukanlah sekadar pelengkap dari kepercayaan orang Kristen, melainkan ia adalah firman Allah yang intrinsik dan oleh karenanya berotoritas bagi iman Kristen. Maka bolehlah secara singkat dikatakan bahwa Alkitab adalah catatan yang objektif dari wahyu Allah yang inskripturasinya dikerjakan oleh Roh Kudus yang menggerakan para penulis supaya berita tentang keselamatan Allah melalui Yesus Kristus dapat disampaikan kepada semua umat manusia. 

Alkitab adalah Firman Allah yang berkuasa adalah penting. Seperti halnya apabila kita hendak berbicara tentang Allah, maka kita harus beranggapan bahwa Ia ada ( Ibrani 11:6 ), demikian pula berbicara tentang Firman Allah kita harus beranggapan bahwa Ia adalah Allah Yang Maha Kuasa sehingga Firman-Nya pun mempunyai kuasa dan wewenang yang tertinggi ( Mazmur 33:4-6 ; Roma 1:16 ). Alkitab sendiri memberikan indikasi bahwa hakekat Allah dan firman-Nya tidak terpisahkan ( Yesaya 55:11). Allah beroperasi dan menciptakan dengan firman-Nya ( Ibrani 4:12 ; Kej 1:3 ) ; Ia memanggil manusia untuk percaya, memberikan misi-Nya, anugerah-Nya, pemeliharaan-Nya dan semua tindakan-Nya melalui firman-Nya.

PERMASALAHAN
Oleh karena firman Allah berkuasa, ia tentunya menyampaikan sesuatu yang mempunyai arti. Firman Allah bukanlah kuasa yang berdiri sendiri tanpa mempunyai arti. Firman itu berkata-kata, dan ia mengkomunikasikan pesan / berita. Dengan kata lain, untuk mengenal kehendak dan wahyu Allah, manusia harus mengenal Alkitab, mendengar, mentaati perintah dan petunjuknya. Ini berarti bahwa Alkitab adalah firman Allah yang sekaligus berkuasa dan berarti. Alkitab tidak boleh dianggap sebagai dokumen untuk studi akademis saja karena ia dapat saja mepunyai arti bagi orang yang mempelajarinya, tetapi firman itu sendiri tidak akan memberikan daya kuasa yang efektf. 

Alkitab bukan hanya catatan atau karya tulis yang direkayasa oleh manusia saja, melainkan Allahlah yang telah berinisiatif mengilhamkan para penulis sehingga mereka menghasilkan tulisan yang tanpa salah dan secara akurat menyampaikan kehendak Allah. Oleh sebab itu mempelajari Alkitab haruslah mempelajarinya dengan praanggapan bahwa yang kita hadapi adalah firman Allah yang berkuasa.

Alkitab seakan-akan di vakumkan dari kuasa dan otoritasnya. Demikian pula yang terjadi pada teologia Neo-ortodoks adalah kebalikannya. Teolog neo-ortodoks seakan-akan ingin merehabilitasi daya kuasa firman Allah dengan menekannya secara optimal prinsip sehingga menurut mereka firman Allah tindaklah identik dengan alkitab.

Alkitab adalah satu-satunya sumber dari sgala pengetahuan manusia tentang Allah. Allah tetap berinisiatif menyatakan dirinya secara khusus melalui alkitab sehingga alkitab menjadi satu-satunya patokan yang berotoritas bagi orang percaya.

Alkitab sangat penting sehingga tanpa Alkitab, Allah tidak berbicara. Alkitab, firman Allah, adalah penting dalam hubungan perjanjian antara Allah dan manusia. Apabila kita menyakini bahwa Allah berkuasa, maka tentunya Ia memberikan perintah. Ketika Allah yang berkuasa itu member perintah, maka secara implicit firman-Nya hadir. Dengan demikian, Alkitab adalah konstitusi dari perjanjian Allah dengan manusia dalam sejarah sehingga jelas bahwa Allah yang berkuasa itu telah berbicara dan perkataan-Nya telah terdokumentasi kedalam Alkitab.

Alkitab berbeda dsengan hakekat Allah sekalipun diantara keduanya terdapat hubungan yang dekat. Alkitab adalah firman Allah yang tertulis, yang telah disalin ulang beberapa kali, diterjemahkan kedalam berbagai bahasa, dan bahkan telah disajikan kedalam banyak versi.

Perbedaan pandangan hanya timbul ketika pendirian tentang otoritas berkonflik dengan kesimpulan yang di ambil melalui kritik teks.
Pandangan tentang otoritas alkitab seperti di atas beberapa waktu yang lalu mendapat kritik yang tajam dari seorang teolog dari inggris, yaitu James Bar.

Ada penulis alkitab yang sadar bahwa mereka tidak sanggup menolak gerakan Allah untuk berkata-kata dan menuliskan firmanNYA melalui mereka, seakan-akan para penulis itu hanya “membiarkan layar dari perahu” pikiran mereka berkembang, dengan taat dan reseptif membiarkan Roh Allah bekerja, menuntun lajunya penulisan mereka sesuai dengan kehendak Allah.

Hal yang sama juga kita kihat pada pemaparan yang begitu mendalam tentang natur manusia (mis. Tentang dosa dan manusia sebagai gambar Allah) membuktikan bahwa alkitab di tuntun oleh Roh Kudus dalam penulisannya.

Banyak pernyataan dalam alkitab sendiri menegaskan bahwa alkitab memang memiliki unsure ilahi di dalamnya. Baik II timotius 3:16 maupun II petrus 1:20-21 merupakan penegasan ajaran para rasul tentang inspirasi dan wibawa PL.

Alkitab tidak perlu di baca atau di gali dengan metode penafsiran atau hermaneutika tertentu. Dengan menganggap inspirasi sebagai sebuah istilah figuratif semata-mata, ia bependapat bahwa tempat atau focus yang utama dari inspirasi adalah gereja, oleh karna Roh Kudus adalah Roh dari gereja.

PEMBAHASAN MASALAH
Sejarah gereja telah menyaksikan bahwa teologi Liberalisme dengan metode kritikal yang berpraanggapan keliru telah menjadikan Alkitab hanya sebagai kumpulan dari kata-kata atau tradisi manusia belaka. Akibatnya, Alkitab seakan-akan divakumkan dari kuasa dan otoritasnya. 

Alkitab jelas memaparkan bahwa Allah telah menyatakan diri dengan begitu nyata kepada umat-Nya. Selain berkenaan dengan diri-Nya, Allah juga menyatakan firman-Nya sehingga firman-nya menjadi begitu nyata dan dekat.

Teologi Reformasi yang menegaskan bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber dari segala pengetahuan manusia tentang Allah. Allah telah berinisiatif menyatakan diri-Nya secara khusus melalui Alkitab sehingga alkitab menjadi satu-satunya patokan yang berkuasa bagi orang percaya.

Alkitab berbeda dengan hakekat Allah sekalipun diantara keduanya terdapat hubungan yang dekat. Alkitab adalah firman Allah yang tertulis, yang telah di salin ulang beberapa kali, di terjemahkan kedalam berbagai bahasa, dan bahkan telah di sajikan ke dalam banyak versi. Kekristenan tidak mengeramatkan alkitab tanpa iluminasi dan kesaksian internal Roh kudus, alkitab seakan-akan tidak memiliki daya kuasa atau vitalitasnya.

Alkitab bukanlah sesuatu label yang “di tempelkan “ begitu saja pada alkitab . sifat dari otoritas alkitab tidak bias di pisahkan dari otoritas Allah sendiri. Apabila kita mengatakan bahwa alkitab adalah firman Allah , maka bersamaan dengan itu kita harus juga percaya bahwa allah mengkomunikasikan firmannya kepada manusia, dan firmanNYA itu adalah alkitab.

Alkitab hanya dapat di komunikasikan kepada orang percaya melalui perantaran paus,konsili, dan imam. Para reformator mencanangkan kembali sola scriptura. Sebagai otoritas satu-satunya bagi orang percaya dengan menegaskan bahwa Allah yang hidup itu mampu berbicara secara langsung dan berwibawa kepada umat-NYA melalui alkitab.

Perbedaan pengertian “otoritas” antara gereja roma dan para reformator ialah bahwa bagi yang terakir, alkitab dapat menafsirkan beritanya sendiri bagi manusia melalui pekerjaan atau kesaksian internal dari Roh Kudus. Menurut Luther, scriptura sui ipsius interpres,scripture is its own interpreter, alkitab adalah penafsir dirinya sendiri. Alkitab tidak boleh di batasi penafsirannya(untuk mengerti artinya) oleh paus atau konsili. Sebaliknya, selain menjadi sumber satu-satunya bagi oang berdosa untuk mengenal Allah yang benar, alkitab harus menjadi satu-satunya hakim yang menentukan keberadaan dan kesaksian greja di sgala zaman.

Dengan demikian, alkitab sangatlah penting sehingga tanpa alkitab , Allah tidak berbicara. Alkitab, firman Allah, adalah penting dalam hubungan perjanjian antara Allah dan manusia. Apabila kita meyakini bahwa Allah berkuasa, maka tentunya Ia memberikan perintah. Ketika Allah yang berkuasa itu memberi perintah, maka secara implicit firman-Nya hadir. Dengan demikian, alkitab adalah konstitusi dari perjanjian Allah dengan manusia dalam sejarah sehingga jelas bahwa Allah yang berkuasa itu

Alkitab di simpulkan adalah bahwa tekanan pada otoritas alkitab tidak berarti meniadakan tanggung jawab orang percaya untuk meneliti isi alkitab secara mendalam. Harus di akui bahwa para penulis alkitab adalah manusia yang di pilih Allah untuk mengkomunikasikan wahyuNYA dalam konteks mereka masing-masing. Sebab itu, penelitian alkitab penting untuk meneliti latar belakang historis para penulis dan tulisannya, suasana budaya pada waktu itu, maksud dan tujuan penulisan, dan hubungan penulis dengan pembacanya.

Yang pertama-tama yang harus di catat disini adalah bahwa otoritas alkitab tidak berkembang dari teori inspirasi tertentu. Sebaliknya,adanya teori tentang inspirasi merupakan upaya untuk menjelaskan keyakinan bahwa alkitab adalah firman Allah yang berkuasa. Oleh sebab itu, suatu pengertian yang mendasar tentang otoritas alkitab merupakan sebuah permulaan yang penting untuk memahami doktrin tentang inspirasi.

Asal usul alkitab, alkitab sendiri memberitahukan bahwa: “nubuat-nubuat dalam kitab suci tidak boleh di tafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah” (2 Ptr 1:20-21).

Firman Allah bukanlah hasil inisiatif, imajinasi, kontemplasi, investigasi, atau refleksi para penulis tentang Allah dan dunia, melainkan kehendak Allah melalui pekerjaan Roh Kudus sendiri yang di nyatakan dan bukan kehendak atau ide mereka sendiri.

Allah memakai manusia, bukan instrument atau alat. Namun, Ia tidak memakai sembarang manusia, melainkan orang-orang pilihanNYA. Dengan kata lain, Allah melalui pekerjaan Roh-NYA mendorong para penulis sedemikian rupa, namun mereka bukanya kehilangan kepribadian atau pikiran mereka dalam penulisan tersebut. Apabila kita menninjau kedalam alkitab, ungkapkan “demikianlah firman Allah” atau “dengarlah perkataan TUHAN” kerap kali di jumpai disana-sini. Daud mengaku bahwa yang di katakannya adalah firman Tuhan sebab “Roh TUHAN berbicara dengan perantara[nya].

Dengan kata lain, mengenai kutipan dari alkitab, bagi yesus istilah “Allah” dan “Alkitab” dapat dipergunakan secara timbal balik. Hal ini berarti bahwa apa yang di katakana alkitab adalah firman Allah sendiri, oleh karna Allahlah pengarang tunggal dari alkitab itu sendiri. Intinya, bagi Tuhan Yesus maupun para penulisan dalam PB mengutip perkataan PL sebagai firman Allah sendiri.

Jelaslah bahwa bagi para rasul dan penulis dalam PB, alkitab atau kitab suci tidak hanya PL saja, tetapi juga berlanjut kepada masa penulisan mereka.

Alkitab memang tidak di pergunakan istilah-istilah yang rumit, tetapi itu tidak berarti bahwa alkitab dengan mudah dan langsung dapat di mengerti seluruhnya. Alkitab tidak mempergunakan istilah “tritunggal”, namun ajaran atau konsep tentang Allah yang tritunggal begitu jelas di paparkan dalamnya.
Dengan berpandangan seperti itu, barth berkesimpulan bahwa tekanan tentang alkitab sebagai firman Allah adalah tekanan pada ALLAH, yaitu bahwa Allah dapat berbicara melalui alkitab.
Alkitab di beritakan dalam konteks kehidupan orang percaya. Namun masalah jelas akan timbul apabila otoritas dari alkitab di lepaskan dan kemudian di pindahkan kepada pengalaman iman orang percaya.

PENUTUP
KESIMPULAN

Yang perlu ditekankan disini ialah bahwa otoritas Alkitab bukanlah sesuatu label yang “ ditempelkan “ begitu saja pada Alkitab. Sifat dari otoritas Alkitab tidak bisa dipisahkan dari otoritas Allah sendiri. Apabila kita mengatakan bahwa Alkitab adalah firman Allah, maka bersamaan dengan itu kita harus juga percaya bahwa Allah mengkomunikasikan firman-Nya kepada manusia, dan firman-Nya itu adalah Alkitab. Konsekunsinya, firman itu berotoritas seperti Allah sendiri memiliki otoritas sehingga baik Allah maupun firman-Nya harus ditaati.

Apabila ada yang mengatakan bahwa Alkitab adalah firman Allah, dan Alkitab harus dibaca, tetapi Alkitab diperlukan sama seperti buku-buku umum lainnya ( serta tidak menghargai daya kuasa, vitalitas Alkitab dan kemampuan Roh Kudus memberikan kesaksian internal ), maka sikap tersebut bukanlah sikap seseorang yang menghargai otoritas Allah dan firman-Nya. 

No comments:

Post a Comment

Cari Skripsi, Artikel, Makalah, Anti Virus

Custom Search